TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Edy (27), jejaka Bojonegoro, Jawa Timur rela dikarantina di Yogyakarta selama 14 hari di kompleks sekolahan demi memuluskan rencananya menikahi gadis pujaannya.
Karyawan perusahaan swasta di Sukoharjo, Jawa Tengah ini memang ingin mempersunting wanita asal Pedukuhan Jamus, Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rencananya pernikahan berlangsung di Jamus pada 3 Juni 2020 mendatang.
Sejatinya, semua direncanakan jauh hari, bahkan matang sebelum pandemi Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19).
Namun, karena saat ini tengah marak penularan virus corona, Edy pun harus menyesuaikan rencananya itu.
Baca: 3.066 WNI dari Luar Negeri Masih Jalani Karantina
Sambil menunggu hari pernikahannya dia harus rela dikarantina di dalam komplek sekolah TK Pamardi Putra 3 Pengasih.
Komplek terdiri dari dua bangunan, yang lama di depan, sedangkan yang baru di belakang.
Bangunan baru terdiri tiga ruang, plus satu ruang UKS, dan kamar mandi di luar.
Tiap ruang tersedia tikar dan kasur dan Edy menempati satu ruang di sana.
“Karena memang sudah aturannya dan harus melalui seperti ini, saya ikuti saja,” kata Edy berbicara dari kejauhan, Senin (18/5/2020).
Edy berangkat dari Sukoharjo dan tiba di Jamus pada hari Minggu (17/5/2020) malam.
Ia langsung masuk karantina.
Baca: Kisah di Balik Bocah Penjual Jalangkote Dipukul hingga Tersungkur, Sering Dibully : Dia Tetap Sabar
Ketua Desa Tangguh Bencana (Destana) Kalurahan Pengasih, Indarto mengungkapkan, mereka yang datang dari luar wilayah mesti menjalani isolasi seperti ini, baik mandiri di rumah maupun seperti Edy, di sekolah TK.
Indarto menerangkan, isolasi ini penting untuk mengantisipasi virus corona menjangkiti warga.
“Warga waspada,” kata Indarto.
Usai Destana Pengasih mencatat banyak orang datang masuk kalurahan di tengah pandemi seperti ini.
Warga mengantisipasi potensi penularan corona dengan menerapkan isolasi mandiri.
Mereka yang tidak memiliki ruang untuk isolasi mandiri akan menjalani karantina yang disediakan Destana di TK ini, seperti yang dijalani Edy.
Baca: Perempuan Asal Lendah Kulonprogo Mengaku Jadi Korban Penodongan, Ternyata Ini Faktanya
Destana juga membangun pos utama sebagai sentral koordinasi untuk menanggulangi Covid-19 masuk semua wilayah Pengasih.
Pos kebetulan berdiri depan sekolah TK ini.
“Kalau ada pendatang, warga melapor ke kami, kami datang dan mengedukasi agar mereka melakukan isolasi mandiri. Mereka membuat surat pernyataan sedia isolasi mandiri,” kata Indarto.
Setelah dua pekan, mereka baru bisa berinterinteraksi dengan masyarakat Pengasih.
Destana juga melibatkan petugas medis dan Babinsa untuk memastikan kesehatan mereka yang isolasi di TK maupun isolasi mandiri.
Sampai sekarang, sudah tiga orang menjalani isolasi di TK ini.
Baca: BI: Transaksi Uang Elektronik Melesat 67,9 Persen di Era Pandemi Covid-19
Yang pertama adalah pemudik dari Jakarta masuk ke Pedukuhan Ngento, Pengasih.
Warga Mengisolasi dia di TK hingga dua pekan.
Kedua, warga asal Serut yang kehilangan pekerjaan di Semarang.
Ia sudah menjalani 9 hari isolasi di sini.
“Kemudian pemuda asal Bojonegoro ini, baru masuk semalam,” kata Indarto.
Pemuda ini tetap berniat melangsungkan pernikahan sesuai tanggal yang direncanakan. Sebelum semuanya berlangsung, ia mesti menjalani isolasi di Jamus.
“Dan dia ini warga yang mau bekerja sama baik,” Indarto. (Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demi Ijab Kabul, Pemuda Ini Rela Dikarantina di Desa Calon Istri"