Sementara itu, adik kandung Karyono Widodo, bernama Rohman, juga membenarkan rumahnya didatangi polisi dan mengambil sampel darah ibunya. Ia mengaku memiliki empat saudara kandung dan satu di antara kakaknya bernama Karyono Widodo.
"Iya, ibu dimintai (sampel darah) oleh tim inafis, untuk mencocokan DNA," kata Rohman.
Ia mengaku sudah lama tidak berkomunikasi dengan kakaknya tersebut. Ia mengaku terakhir bertemu dengan kakaknya itu sekitar akhir tahun 2019.
Bupati Karanganyar, Juliyatmono mengapresiasi langkah cepat kepolisian saat melumpuhkan pelaku penyerangan rombongan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni.
"Kalau apa yang kita lihat kemarin kami melihat itu sebagai prestasi Kapolres dan jajaran kepolisian, tindakannya cepat dan terukur," ujar Juliyatmono.
"Mereka bisa cepat melumpuhkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuat orang lain menjadi sangat berisiko," tambahnya.
Menurutnya, apabila tindakan itu tidak dilakukan keselamatan orang di sekitaran bisa terancam.
"Kalau tidak dilakukan tindakan cepat-terukur, orang lain menjadi sangat berisiko, risiko keselamatan orang lain lebih tinggi bila tidak dilumpuhkan," kata Juliyatmono.
Juliyatmono menilai peran orang tua menjadi penting guna menekan adanya kasus penyerangan serupa.
"Benteng utamanya adalah orang tua, mari orang tua, bapak/ibu cek betul anak-anak apalagi saat ini sedang belajar di rumah," ujar Juliyatmono.
"Itu bisa membuat kedekatan anak dengan orang tua jauh lebih intens, orang tua bisa memahami cara berpikir anak-anak generasi sekarang," papar dia.
"Orang tua harus yakin ke depan anak-anak mereka tidak punya pemikiran yang berbeda dengan pemikiran yang berlaku di negara kita," kata dianya.
Jaringan Thamrin
Pengamat radikalisme dan terorisme, Tayyip Malik menduga pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni dan rombongan yang menyebabkan dua orang terluka sabetan senjata tajam semacam celurit termasuk dalam jaringan bom Thamrin.