Selain korban meninggal, peristiwa itu juga merusak 3.176 unit rumah.
Rinciannya, rusak berat sebanyak 1.116 unit, rusak sedang 126 unit dan rusak ringan 1.934 unit.
"Rumah yang terdampak banjir bandang dihuni oleh 3.189 kepala keluarga atau 15.945 jiwa," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang dan Tanah Longsor Lutra Arief R Palallo.
Baca: Pasca Banjir Bandang di Luwu Utara, Warga Masamba Dihantui Trauma, Jokowi Kirim 10.000 Paket Sembako
Relawan Keluhkan Penanganan Sampah
Sementara itu puluhan orang mengatasnamakan relawan banjir bandang berunjuk rasa di Kantor Bupati Luwu Utara, Jl Simpurusiang, Kelurahan Bone Tua, Kecamatan Masamba, Rabu (5/8/2020).
Mereka mempersoalkan penanganan sampah di lokasi pengungsian Desa Meli, Kecamatan Baebunta.
Relawan Faisal menyebut sampah di pengungsian Desa Meli sudah menumpuk dan tidak pernah diangkut beberapa hari terakhir.
"Kami meminta persoalan sampah ditangani. Karena sudah sangat mengganggu dan rawan menimbulkan penyakit," katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lutra Bambang Irawan mengaku kewalahan menangani sampah pascabanjir bandang.
"Kita memang kekurangan armada pengangkut sampah," kata Bambang di hadapan relawan.
Bambang yang dikawal Kapolsek Masamba Iptu Budi Amin menuturkan, armada mereka hanya lima unit.
"Sebenarnya ada tujuh unit, tapi dua rusak sehingga hanya lima unit yang beroperasi," ujarnya.
Bambang berjanji menyiapkan armada dua unit khusus di Desa Meli.
Relawan yang didominasi mahasiswa itu membubarkan diri setelah mendengar penjelasan tersebut.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul 26 Hari Pascabanjir Luwu Utara, 10 Korban Belum Ditemukan, 1.116 Rumah Rusak Berat