TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - TERIK mentari di kawasan jalan lingkar timur Desa Maleber, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, membuat seorang kakek yang mengenakan batik putih terpaksa berteduh di balik guardrill pembatas jalan.
Jalur jalan nasional alternatif ini masih sepi penduduk. Tak ada pepohonan, hanya rumput yang tumbuh di sela batu dan bisa dijadikan tempat bersandar.
Sekilas kakek yang terlihat kelelahan ini seperti korban kecelakaan.
Perban yang sudah kucel melilit di telapak kaki kirinya yang membengkak.
Wajahnya terlihat pucat, kontras dengan peci hitam yang ia kenakan.
Baca: Satu Keluarga dari Jakarta Telantar Setelah Mengunjungi Rumah Nenek yang Ternyata Sudah Dijual
Sesekali ia terlihat meringis menahan sakit mencoba membetulkan posisi duduk dan kakinya.
Ia terlihat tak peduli dengan laju kendaraan yang melintas cepat dan hanya beberapa meter di belakangnya.
Dihampiri beberapa pengendara, ia menjelaskan baru pulang dari kawasan Tajurhalang, Kecamatan Mande, dan hendak kembali ke masjid di Pasar Induk.
Jarak Mande ke Pasar Induk sekitar 30 menit perjalanan dengan roda dua dan bisa sampai satu jam jika naik angkutan umum.
Sang kakek yang belakangan diketahui bernama Enjang bin Adah (70) ini mengatakan jika ia rindu bertemu sang anak dan ingin meminta biaya berobat untuk kaki bengkaknya.
Ia rela tidur di masjid Pasar Induk dan sudah berlangsung selama dua hari tiga malam.
Baca: Mayat di Halaman Masjid Tak Ada yang Berani Mendekat, Telantar Sejam Sebelum Ada Petugas Pakai APD
Warga Kampung Sabeulit, Desa Sukamanah, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, ini sudah dua kali menuju rumah di kawasan Tajurhalang, Kecamatan Mande, Cianjur namun tak berhasil menemui anaknya.
Seperti diketahui, jarak Kampung Sabeulit di Agrabinta dengan Tajurhalang kecamatan Mande sekitar 163 KM.
Jika pulang pergi berarti lebih dari 300 km.