Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam sumber daya air karena menyimpan 6% potensi air dunia.
Berdasarkan penelitian para ahli LIPI yang dipublikasikan dalam kajian lingkungan hidup strategis dalam rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bappenas tahun 2019 itu, krisis air dan bencana kekeringan mengancam dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi itu dipicu perubahan iklim, pertambahan penduduk hingga alih fungsi lahan.
Menurut Marrel, lereng Merapi pada dasarnya adalah daerah tangkapan air (water catchment area) yang menyangga pasokan hampir seluruh sungai di wilayah Yogyakarta.
Oleh karenanya, putra tunggal Gusti Ratu Condrokirono itu merasa berkepentingan untuk memastikan langsung adanya upaya yang dilakukan untuk pencegahan bencana kekeringan.
Sarjana jurusan hubungan internasional dan politik dari Inggris itu menyebut, pasokan air dari lereng Merapi cukup vital bagi kelangsungan hidup warga Yogyakarta.
Persoalan produksi pangan di Yogyakarta memiliki persoalan yang cukup pelik.
Lahan pertanian di seluruh provinsi seluas 100 ribu hektare pada tahun 2016 dan terus berkurang akibat gerusan peruntukkan lain, pasokan air yang tidak stabil dan pertambahan penduduk menjadi benang kusut yang harus diurai.
"Selain itu, produktivitas juga tidak semua optimal karena kualitas lahan yang tidak semuanya baik," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan, Yogyakarta harus melakukan distribusi silang dengan memasok kebutuhan pangan ke kabupaten yang minus dari kabupaten lain yang mengalami surplus.
Langkah itu diakui Marrel tidak dapat dilakukan terus menerus karena cepatnya laju pertambahan penduduk, terutama akibat urbanisasi spasial di wilayah pinggiran Yogyakarta.
Selain mengunjungi ATV Watugede, Marrel juga menyempatkan diri bertemu langsung dengan kelompok masyarakat di Kaliurang Timur.
Di wilayah tersebut, Marrel diajak untuk mengunjungi program rintisan pengelolaan pariwisata tanpa mengubah fungsi lahan.
Agus Kampala, pegiat kultivasi kopi di wilayah Kaliurang Timur dalam kesempatan berdialog menyampaikan, warga di lingkungan tempat tinggalnya memang berkeinginan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan wisata.
Namun sebagai masyarakat petani dan peternak, Agus menyebut warga tidak ingin lahan mereka berubah menjadi villa, hotel dan bangunan penunjang wisata lain.