"Kurang lebihnya begitu, ini pengalaman berdasarkan teman kami. Mungkin teman yang di Australia dan Amerika atau negara lain yang melakukan hal serupa memiliki pertimbangan dan alasan khusus untuk melakukan prosesi tersebut," pesannya.
Tuhan dan leluhur beliau berada dimana saja, yang terpenting niat dan keyakinan bhakti menjalankan sesuatu," tutur Malen.
Malen berharap masyarakat Bali bisa memaklumi proses pernikahannya yang digelar secara virtual.
"Saya lihat komentar netizen di media sosial pro kontra, padahal mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Kalau tidak ada pandemi ini, kami tentu dengan senang hati melaksanakan pernikahan langsung tanpa harus melalui aplikasi," kata Malen.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Pernikahan Online Sejoli Asal Bali, Ini Kisah di Baliknya