"Saya langsung dihajar, dipukul dan itu tidak dipukul pada wilayah-wilayah yang tidak mematikan, karena itu di wilayah kepala dan itu secara berulang kali," ujar AM.
Menurut AM, ada sekitar 15 aparat yang melakukan pengeroyokan terhadap dirinya.
Saat dia diseret ke mobil polisi, dia kembali mengalami pemukulan. Dia diinjak dan dipukul lalu terjatuh.
Saat bangun, dia kembali dipukul hingga 3 kali.
"Sampai saya dihantam seingat saya dengan tameng di bagian kepala saya ini ada lebam bagian biru. Seingat saya ini dihantam pakai tameng," kata AM.
Hal yang paling disesalkan AM, saat ada pimpinan aparat yang menyarankan untuk tidak memukul, anggotanya justru melanjutkan pemukulan itu saat pimpinannya itu pergi.
AM mengaku kembali dipukul di bagian kepala saat sudah di atas mobil.
Padahal saat itu sudah ada polisi yang bilang bahwa AM adalah dosen.
Namun, beberapa aparat malah melontarkan kata-kata kasar dalam bahasa Makassar.
"Itu yang saya tidak terima. Saya bahkan malam itu mengira itu ajal saya. Saya dengan tubuh kecil seperti ini dihantam, dipukul lebih kurang 15 orang dengan cara membabi buta," kata AM.
AM pun sempat dibawa ke Polrestabes untuk diperiksa. Setelah pemeriksaan selama 1x24 jam, dia dipulangkan karena tidak terbukti menjadi bagian dari massa aksi yang bentrok dengan aparat kepolisian.
Kepala Divisi Advokasi Bantuan Hukum Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Sulsel Syamsumarlin mengatakan, pihaknya akan mendampingi AM untuk mendapatkan keadilan.
Dia mengungkapkan, akan melaporkan kasus yang dialami AM secara etik dan pidana.
Dia pun meminta Kapolda Sulsel memberi perhatian atas kasus yang dialami AM.