"Dulu, selama tiga tahun lokasi itu menjadi area perang, banyak warga yang jadi korban, termasuk ayah saya," kata Mbah Min, dikutip dari Humas Pemprov Jawa Tengah, Senin (9/11/2020).
Mbah Min mengaku masih ingat saat ayahnya ditembak mati oleh pasukan Belanda.
Saat itu, Mbah Min berada di dekatnya dan melihat sendiri kejadian tersebut.
"Saya marah. Setelah itu, saya memutuskan untuk ikut berjuang. Saya rela mati demi nusa dan bangsa," tegasnya.
Kisah hidup Mbah Min viral di sosial media
Sebelumnya diberitakan, kisah hidup Mbah Min, pejuang kemerdekaan yang berjualan mainan anak di pinggir jalan viral di sosial media.
Meski seorang pejuang, ia kini menjual mainan anak di tengah teriknya sinar matahari dan dinginnya malam Kota Solo.
Diketahui, Mbah Min sudah berjualan mainan hampir 20 tahun lamanya.
Dari pagi sekira pukul 10.00-16.00 WIB, Mbah Min berjulan mainan di depan Boulevard Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Kemudian, sore sekira pukul 16.30-22.00 WIB, Mbah Min berpindah lokasi jualan di Utara Perempatan Panggung Solo.
Mbah Min menjual mainan hasil buatan tangannya sendiri, seperti pistol-pistolan dan pesawat dari gabus.
(Tribunnews.com/Maliana)