Tapi dari proses itu, ia mendapat pengalaman baru sebagai perawat sekaligus membantu pemilihan di ruang isolasi.
”Saya kebetulan tidak memilih karena bukan warga Kota Mataram,” ujarnya.
Demikian pula Muhammad Alimin, ketua Panitia Pengawas Kecamatan Mataram, Bawaslu Kota Mataram.
Untuk mengurangi risiko penularan Covid-19, mereka melakukan pengawasan melalui kamera cctv ruang isolasi.
“Tapi tetap kami rekam sebagai bukti bahwa telah dilalukan pencoblosan pasien Covid,” katanya.
APD lain seperti masker dan pelindung wajah sudah disiapkan Bawaslu. ”Tapi kalau hazmat belum ada,” katanya.
Saat masuk ke ruang isolasi, ia sempat khawatir. Untungnya mereka disiapkan ruangan khusus untuk memantau.
Kepala Sub Bagian Humas RSUD Kota Mataram Lalu Sardimun menyebut, selain pasien Covid-19, petugas medis dan karyawan rumah sakit juga difasilitasi memilih.
Jumlah karyawan dan petugas medis saja ada 89 orang. “Tapi tidak semua petugas medis nyoblos di sini, kadang mereka memilih di TPS di rumahnya,” katanya.
Pelaksanaan pemilihan bagi pasien dan petugas medis dilakukan di atas jam 12:00 Wita.
”Setelah pemilih di TPS selsai, baru petugas KPPS datang ke sini,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunlombok.com dengan judul Petugas KPPS Tak Punya Hazmat, Pasien Covid-19 di Mataram Nyoblos Lewat Telepon