Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNNEWS.COM, KUNINGAN - Kepolisian bersama anggota Perbakin Kuningan dan BPBD Kuningan melakukan pemetaan wilayah untuk memburu anjing hutan atau ajag di Kecamatan Cibingbin, Kamis (24/12/2020).
Tim yang dipimpin Kapolres Kuningan tersebut mencari persembunyian hewan yang sudah memangsa puluhan ternak warga seperti kambing dan anak sapi milik warga.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Indra Bayu kepada wartawan, rombongan mulai memetakan wilayah hingga identifikasi lokasi kawasan hutan yang menjadi sarang hewan liar pemangsa ternak, dengan berbekal informasi dari warga setempat.
Baca juga: Tak Hanya Tewaskan Belasan Kambing, Mahluk Misterius Ajag Juga Serang Sapi Warga Kuningan
Indra yang juga mantan Camat Subang ini menambahkan bahwa langkah selanjutnya adalah akan dilakukan perburuan disertai pengintaian di lokasi sarang yang sudah diidentifikasi titiknya.
"Selanjutnya mulai Hari Sabtu besok sampai Senin, rencana kita akan lakukan pengintaian dan perburuan bersama," ungkap Ibe.
Total hewan ternak kambing milik warga di Kecamatan Cibingbin, Kuningan, yang tewas diterkam ajag mencapai 72 ekor, termasuk seekor anak sapi.
"Sampai saat ini, jumlahnya sudah sebanyak 72 ekor termasuk ada anak sapi," kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kuningan, Bunbun Budhiyasa saat ditemui di Kantor Bupati Kuningan, Rabu (23/12/2020).
Baca juga: Ajag, Sosok Makhluk Penghisap Darah yang Menyebabkan Matinya Puluhan Kambing Warga di Kuningan
Bunbun mengatakan, untuk mengantisipasi serangan hewan buas itu tidak lain dengan melaksanakan Siskamling.
Kemudian, kata dia, termasuk bantuan yang akan diberikan kepada peternak kambing tersebut.
"Bantuan jenis apa yang akan diberikan, saya belum tahu dan yang pasti ini sudah menjadi perhatian bupati," ujarnya.
Soal perburuan, kata Bunbun, bupati sudah menyebutkan bahwa akan dilakukan Perbakin dan dipimpin Kapolres AKBP Lukman SD Malik.
Sebelumnya, Bupati Kuningan Acep Purnama menerima laporan bahwa dua ekor ajag alias anjing liar berhasil dimatikan.
"Kami terima laporan sudah ada dua ekor ajag mati ditembak," kata Acep disela wawancara live oleh stasiun televisi swasta nasional di ruang kantor bupati setempat, Rabu (23/12/2020).
Dalam perbincangan tadi, kata Acep, masyarakat tak perlu resah dengan kejadian yang menyerang hewan ternak milik warga.
"Karena untuk penyebab kematian hewan ternak kambing, ini sudah diketahui hewan buasnya," katanya.
Dari kejadian ini, kata Acep, pemerintah sudah menginstruksikan kepada lapisan masyarakat.
"Untuk melaksanakan pengawasan lingkungan dengan menjalankan Siskamling," katanya.
Baca juga: Ajag Kembali Serang 15 Kambing dan Satu Anak Sapi Milik Warga di Kuningan
Sebab, kata dia, dengan cara pelaksanaan Siskamling.
"Ini salah satu mengurangi serangan dan gangguan lingkungan, termasuk ajag atau anjing liar tersebut," katanya.
Disamping itu, lanjut Acep, dalam beberapa waktu kedepan akan dilakukan penyisiran untuk melakukan perburuan.
"Kami sudah kordinasi sebelumnya dengan Perbakin dan besok tanggal 27 Desember, Kapolres akan pimpin langsung perburuan hewan buas tersebut," katanya.
Mengenai korban sekaligus peternak mandiri, kata Acep, ini sudah menjadi catatan.
"Kami sudah rangkum data pemilik kambing yang mati diserang ajag tersebut," katanya.
Menindaklanjuti program bantuan, kata Acep lagi, mudah mudahan ini bisa segera di realisasi.
"Bulan Januari 2021 tahun depan, peternak bisa mendapat bantuan langsung," ujarnya.
Mengenal ajag
Dilansir dari dishut.jabar.go.id, Ajag atau Cuon alpinus adalah anjing hutan yang hidup di dataran Asia.
Binatang ini berbeda dengan serigala.
Khusus di Indonesia, ajag ada dua jenis yaitu cuon alpinus javanicus dan cuon alpinus sumatrensis.
Keduanya merupakan anjing hutan asli atau endemik Indonesia yang mendiami pulau Sumatera dan Jawa.
Ajag termasuk salah satu binatang langka di Indonesia yang populasinya semakin menurun dan terancam kepunahan.
Diperkirakan populasinya di seluruh dunia hanya sekitar 2.500 ekor.
Pada 2004, IUCN Redlist memasukan ajag dalam status konservasi endangered (terancam punah).
Begitu juga dengan CITES, memasukkan ajag dalam daftar Apendix II.
Dalam bahasa Inggris anjing hutan ini disebut sebagai Dhole, Asiatic Wild Dog, India Wild Dog, dan Red Dog.
Baca juga: Makhluk Misterius Penghisap Darah di Kuningan Akhirnya Terungkap, Polisi Bersenjata Pun Mengejar
Sementara di beberapa daerah di jawa hewan ini dikenal sebagai `asu kikik` hal tersebut dikerenakan suara lolongannya terdengar jelas dan keras sedang suara salakannya terdengar lembut, seperti mendengking pendek berulang-ulang.
Ajag biasanya mempunyai panjang tubuh sekitar 90 centimeter dengan tinggi badan sekitar 50 centimeter dan berat badan antara 12-20 kilogram.
Ciri khas lainnya dari ajag adalah memiliki ekor yang panjang sekitar 40-45 cm.
Biasanya bintang ini memiliki bulu berwarna coklat kemerahan kecuali pada bagian bawah dagu, leher hingga ujung perut yang berwarna putih dan ekornya yang berwarna kehitaman.
Ajag biasa hidup berkelompok yang terdiri atas 5-12 ekor, bahkan hingga 30 ekor.
Namun pada situasi tertentu, anjing hutan yang langka ini dapat hidup soliter (menyendiri).
Ajag biasanya melakukan perburuan mangsa secara bersama-sama dengan mengejar mangsanya yang lebih besar seperti babi hutan, kijang, rusa, dan lainnya.
Binatang kecil pun seperti kelincu, tikus, dan sebagainya juga menjadi santapan favorit mereka.
Biasanya dalam satu kali melahirkan, ajag dapat mempunyai 6 ekor anak dengan masa kehamilan sekitar 2,5 bulan.
Dalam waktu satu tahun, ajag dapat beranak sampai 2 kali.
Anak ajag akan mencapai dewasa pada umur satu tahun.
Hewan ini termasuk hewan yang lebih aktif di malam hari (nokturnal), walaupun tidak sepenuhnya aktifitasnya dilakukan di malam hari. (Tribuncirebon.com/ Tribunnews.com/ Ahmad Ripai)
Artikel ini telah tayang di Tribuncirebon.com dengan judul Kapolres Kuningan Bareng Perbakin Cek Lokasi Sarang Ajag, Sabtu Sampai Senin Perburuan Dimulai