Orangtuanya menunggu kabar dari tanggal 9 malam sampai tanggal 10 pagi karena nama yulius paling
atas di daftar manifes.
Setelah sampai di dekat pelabuhan, ia mencoba menghubungi orang tua dan keluarganya.
Seandainya, Yulius memang memaksakan untuk tes Swab PCR, ia tidak tahu lagi akan duduk disini
lagi atau sudah di tempat yang lain," pungkasnya.
Paulus Yulius Kollo lantas menceritakan pengalamannya.
“Kita dari Makassar sampai di Jakarta dari pukul 19:00 WIB tanggal 5 Januari. Waktu itu, kita transit menuju ke Kota Pontianak."
"Transit dari Pesawat itu menjadi Pukul 05.00 Wib tanggal 5. Kita menginap di Bandara, kebetulan ada keluarga di Kota Jakarta jadi menginap semalam,” papar Yulius.
Paulus bersama rombongan terdiri dari enam orang saat itu.
Yulius mengatakan, sampai di Bandara pihak maskapai Sriwijaya Air memberhentikan karena kebijakan dari Pemerintah Provinsi Kalbar melaksanakan Swab PCR Negatif untuk bisa terbang ke Kota Pontianak.
"Tim dari Makassar yang berangkat terdiri dari 6 orang. Saya dan Indra Wibowo hanya melaksanakan Swab Antigen jadi kami tidak diperbolehkan karena hanya melaksanakan swab tersebut, serta bos saya berdebat dengan pihak maskapai Sriwijaya Air."
"Setelah berdebat, pihak maskapai Sriwijaya Air memanggil managernya berbicara dengan bos saya. Akhirnya manager maskapai tersebut memberi jalan tengah bagi kami," sambungnya.
"Manager Maskapai Sriwijaya Air meminta untuk mengreschedule tiketnya, 4 orang lanjut saya berserta teman saya batal berangkat pada tanggal 5 itu."
Mereka melanjutkan Swab, ia dan temannya ditahan untuk berangkat serta di-reschedule ke tanggal 9.
Selain itu, Yulius menambahkan, pada tanggal 8 ingin pergi ke salah satu rumah sakit di jakarta untuk mengecek biaya Swab PCR.
Harganya bervariasi untuk 3 hari tes sekitar 1,3 juta dan yang instan 6 jam kalau tidak salah harganya 2,6 juta.