TRIBUNNEWS.COM - Banjir, longsor hingga gelombang tinggi menerjang Kota Manado, Sulawesi Utara.
Akibat banjir dan longsor, enam orang dilaporkan meninggal dunia.
Sementara gelombang tinggi menyebabkan wilayah Kota Manado dipenuhi sampah.
Dihimpun Tribunnews.com, Senin (18/1/2021), berikut ini update dan kondisi terkini Kota Manado setelah terjadinya banjir, longsor dan gelombang tinggi:
1. 6 orang meninggal
Banjir dan longsor terjadi di Kota Manado pada Sabtu (16/1/2021).
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengatakan data terbaru hingga Senin, sebanyak 6 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor tersebut.
"Pusdalops juga mencatat sebanyak 500 jiwa mengungsi, sebagian sudah pulang ke rumah masing-masing," kata Raditya dalam keterangan tertulis sebagaimana dimuat di Kompas.com, Senin.
Baca juga: Air Laut Masuk Mall hingga Puluhan Kafe Rusak akibat Ombak Tinggi Hantam Manado
Selain korban jiwa, banjir dan longsor juga menimbulkan kerugian material yakni dua unit rumah rusak berat dan 10 unit rumah rusak sedang.
“Tim di lapangan juga masih melakukan pendataan kerusakan rumah,” kata Raditya.
Adapun wilayah yang terdampak banjir di antaranya Kecamatan Tikala, Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario, Kecamatan Bunaken, Kecamatan Tuminting, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Singkil, dan Kecamatan Wenang.
Tinggi muka air yang menggenangi kawasan tersebut mencapai 50 hingga 300 cm.
2. Gelombang Tinggi
Setelah banjir dan longsor, pada Minggu (17/1/2021) sore, wilayah pesisir Pantai Manado dihamtam gelombang tinggi.
Dikutip dari TribunManado, kawasan yang diterjang ombak besar di antaranya kawasan Megamas dan area Manado Worn Square (Mantos).
Menurut pengunjung kawasan bisnis itu, ombak sudah naik tinggi sejak pukul 16.30 Wita.
Terpantau ada beberapa mobil yang terparkir di pinggir pantai.
Warga sekitar terlihat berlarian.
Namun tak sedikit yang tetap berada di lokasi untuk mengambil gambar, video dan melakukan Livestream.
3. Kondisi Terkini
Pasca diterjang ombak setinggi hampir tiga meter tadi malam, kawasan bisnis Megamas di Kota Manado penuh dengan sampah plastik.
Amatan Tribun Manado, Senin (18/1/2021) terlihat warga nampak melihat dan memantau keadaan di Megamas Manado.
Para pekerja di ruko-ruko Megamas juga nampak membersihkan sampah kayu dan plastik yang menutup pintu kantor mereka.
Selain sampah plastik, gelombang tinggi juga membawa batu-batu penahan ombak masuk kawasan Megamas.
Ari Manadalika salah satu satpam di Megamas Manado mengatakan sudah banyak warga yang datang sejak pagi.
"Mereka ingin lihat keadaan Megamas, bahkan ada yang sudah sejak subuh," ujarnya.
Ia mengaku saat ini pihaknya sedang berupaya membersihkan sampah dan bebatuan yang dibawa ombak ke Megamas.
"Proses pembersihan sudah dilakukan tapi memang kerusakannya juga sangat banyak," bebernya.
4. Kata BMKG soal Penyebab Gelombang Tinggi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab gelombang yang terjadi di sepanjang Pantai Manado.
Dikutip dari Kompas.com, penyebab gelombang yang terjadi di sepanjang Pantai Manado akibat dari angin kencang.
"Salah satu penyebab utama gelombang yaitu oleh pengaruh angin yang kencang," kata Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle, Senin (18/1/2021).
Ia menambahkan, gelombang laut yang tinggi menyebabkan gelombang yang datang ke bibir pantai menjadi lebih signifikan sehingga terbawa ke tepi pantai.
BMKG mencatat, kondisi angin kemarin memang pada puncaknya berkisar 15-30 knot atau 30-60 kilometer/jam.
Dikutip dari Tribunmanado.co.id, menurut Ricky Aror, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Maritim Bitung, gelombang air laut yang terjadi di perairan teluk Manado sesuai peringatan dini pada Sabtu (16/1/2021) kemarin.
"Dari prakiraan yang telah kami sampaikan, hari ini (kemarin) adalah puncak gelombang tinggi di perairan utara Sulut," kata Ricky.
Baca juga: Ombak Tinggi Hantam Kota Manado, Air Masuk hingga Lobi Manado Town Square
Kondisi seperti ini diperkirakan cenderung menurun beberapa hari ke depan karena puncaknya Minggu.
"Namun jangan salah, secara klimatologi Januari ini adalah puncak gelombang tinggi untuk wilayah Sulut," tambahnya.
Bahkan sejak pekan lalu, telah berulang kali diperingati untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi dan angin kencang.
Menurut BMKG Stasiun Maritim Bitung kondisi ini normal, mengingat November 2020 hingga Februari 2021 nanti cuaca ekstrem.
Masyarakat diimbau waspada dan terus update informasi BMKG terkait peringatan dini cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.
"Bisa akses di Facebook BMKG Sulawesi Utara, di situ setiap saat ketika ada peringatan dini selalu disampaikan," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Daryono/Ranum) (Sumber: Kompas.com/Irfan Kamil, TribunManado/Indry Panigoro)