TRIBUNNEWS.COM - Rasa kecewa menyelimuti Nenek Rohmah yang mengetahui namanya dicoret dari Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Diketahui sebelumnya, Nenek Rohmah merupakan warga yang tinggal di ecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Nenek yang sehari-hari bekerja sebagai pembungkus camilan usus itu mengaku BPNT pada Desember lalu sudah habis.
Seperti biasa, karena tidak mampu membeli handphone, dia mendapat informasi penyaluran dari tetangga bahwa hari ini ada penyaluran BPNT bulan Januari.
Berbarengan dengan hari liburnya bekerja sebagai pembungkus camilan usus ayam di rumah tetangga, nenek berusia 52 tahun ini sejak pukul 07.00 Wib sudah bersiap untuk mengambil BPNT bulan ini.
Baca juga: LaNyalla Minta Data Penerima BPNT Tuban Dicek Ulang
Dia berjalan kaki dari rumah menuju balai desa sambil membawa Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang disimpannya di lemari dan kertas kusam berisi pin KKS.
Mengenakan kerudung hitam dan sandal japit, dia menyerahkan kartu kepada petugas untuk dikumpulkan.
Dia pun duduk sambil menunggu namanya dipanggil, sembari menyapa tetangga yang pulang membawa paket sembako BPNT berupa beras, telor, jeruk, kentang dan kacang senilai Rp 200 ribu.
"Saya dipanggil sama petugasnya, katanya kartu saya tidak bisa dipakai. Dicoret BPNT, saya langsung pulang ke rumah," kata dia, Rabu (20/1/2021).
Nenek Rohmah tidak sendiri, ada beberapa tetangganya mengalami nasib serupa.
Dia pun pulang jalan kaki ke rumah. Beberapa tetangganya pulang, sedangkan dia pulang tanpa membawa bantuan pangan yang menjadi pegangannya selama ini.
Anehnya, begitu Nenek Rohmah dinyatakan tidak menerima BPNT, dirinya tidak diberikan penjelasan penyebabnya.
Sebab, apabila ada pencoretan karena persoalan identitas, maka penerima harus membenarkan identitas di Dispendukcapil agar bisa menerima bantuan lagi.
“Tidak ada penjelasan apapun. Cuman kartunya tidak bisa," terangnya.
Baca juga: LINK CEK Bansos PKH 2021 untuk Anak Usia Dini dan Ibu Hamil, Dapat Bantuan Sosial Rp 3 Juta
Dia duduk termenung di ruang tamu, pandangannya kosong.
Rohmah berusaha ikhlas dan menerima kenyataan.
Ia adalah kepala rumah tangga selepas kepergian suaminya empat tahun lalu.
"Selama ini kebutuhan beras dan telor dari BPNT saja sejak awal terdaftar dan selalu dapat," katanya.
"Sekarang tidak dapat, paket yang bulan desember kemarin juga sudah habis," terangnya.
Duduk di kasur kapuk yang dilapisi banner berwarna biru yang sudah tidak terpakai, Rohmah mengaku pekerjaannya sebagai membungkus camilan usus ayam ini hidupnya pas-pasan.
Dia hanya mendapatkan upah Rp 80 ribu per minggu.
Bantuan non tunai senilai Rp 200 ribu ini sangat berarti baginya.
Bahkan, tidak ada barang elektronik atau apapun yang bisa dijual untuk membeli kebutuhan bahan pokok seperti beras dan komoditi lain yang selama ini dibantu BPNT.
"Mungkin pinjam beras tetangga, kalau beli saya baru bisa beli 1 kg beras," ucapnya sambil tersenyum.
Baca juga: Siswa SD, SMP dan SMA Dapat Bantuan Program Indonesia Pintar, Cek Penerima di pip.kemdikbud.go.id
Uang Rp 80 ribu yang diperolehnya selama seminggu sekali itu, sudah dicukupkan.
Nenek Rohmah tinggal bersama mertua dan satu anaknya yang masih duduk di bangku SMK.
Rumah yang ditinggalinya ini adalah milik mertuanya.
Salah seorang KPM di Cerme, mengatakan Nenek Rohmah datang ke rumah bermaksud meminjam beras 1 kg.
Ia sudah tidak punya stok beras. Upah kerjanya minggu kemarin kemungkinan sudah habis.
"Saya kasih 1 kg beras. Datang ingin pinjam beras buat dimasak," pungkasnya.
Penjelasan Kepala Dinsos
Kepala Dinsos Gresik Sentot Supriyohadi mengatakan, pencoretan penerima BPNT itu karena untuk merapikan data.
Yang dicoret sebanyak 25 ribu, yakni mereka yang sudah meninggal atau sudah pindah.
"Data terbaru itu masih bersifat sementara. Masih ada pembaharuan data yang memungkinan bertambahnya penerima yang dicoret," kata dia.
"Kemarin saat memasukan data memang masih banyak NIK yang tidak terkonsolidasi dengan Dispendukcapil, kemudian server kurang memadai," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul Nasib Pilu Nenek Pembungkus Camilan di Gresik, Dicoret dari BPNT, Minta Pinjaman Beras dari Tetangga
(Tribunmadura.com/Willy Abraham)