Nur dan suaminya merasa gundah sepanjang waktu menunggu operasi yang melibatkan 50 dokter itu selesai.
"Terima kasih banyak kepada semua yang ikut serta operasi anak saya. Saya belum lihat. Terakhir ketemu saat mau operasi. Tak tenang hati (saat operasi), pengin banget ketemu," kata Nur.
Supono menjelaskan, sejak kelahiran kedua anaknya pada Desember 2019, dia dan istrinya tinggal di salah satu ruangan rumah sakit.
Dia sendiri hanya 2 kali sempat pulang ke rumahnya.
Selama berada di rumah sakit, otomatis Supono menganggur dan tidak bisa merawat tanaman kelapa sawitnya di kampung.
"Selama ini, biaya misalnya untuk beli pampers, makan, ya keluarga lah. Kalau bantuan terbesar ya dari rumah sakit," kata dia.
Meskipun kedua anaknya sudah berhasil dipisahkan, dia akan menunggu sampai diperbolehkan oleh rumah sakit untuk pulang ke rumahnya di Labuhanbatu.
"Kalau dibawa pulang, kami takutnya sakit satu, kena satunya lagi, malah jadi repot. Kita kan belum tahu kapan pulang. Kita tak bisa pulang kalau belum diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Kita kan pengin yang terbaik untuk anak," kata Supono.
Kondisi kembar siam
Sekretaris tim penanganan bayi kembar siam, Rizky Adriansyah menjelaskan, saat ini bukan hanya orangtua yang dibatasi.
Bahkan, tenaga kesehatan yang keluar masuk ruang perawatan Adam dan Aris juga sangat diatur sesuai dengan kepentingannya.
"Mohon maaf, ini terkait mencegah infeksi dan risiko yang lain. Tapi kita tetap monitoring, obat-obatan sesuai protokol kita tetap berikan. Informasi diberikan rutin ke orangtua," kata dokter Rizky.
Pihak dokter belum bisa memastikan kapan Adam dan Aris bisa pulang ke rumahnya.
Menurut Rizky, ada beberapa indikator sebelum dipulangkan, seperti kondisi bayi yang stabil dan kesiapan orangtua untuk merawat.