Suryani menjelaskan, suaminya sebelumnya bekerja di salah satu restoran yang ada di kawasan Kuta. Sementara Suryani bekerja sebagai tenaga terapis di Denpasar.
Namun karena pandemi Covid-19, keduanya terpaksa dirumahkan. Praktis pasutri malang tersebut kehilangan mata pencaharian.
Termasuk dengan jaminan kesehatan, tidak lagi ditanggung oleh perusahaannya.
"Selama dirumahkan kami tidak punya uang. Makanya selama tujuh bulan suami saya sakit, tidak bisa berobat ke dokter. Minta bantuan ke desa biar punya KIS PBI, sudah diproses kok, tapi sayangnya KISnya baru bisa dipakai bulan Februari nanti," jelasnya.
Atas kondisi ini, Suryani pun berharap agar ada tangan donatur yang bisa membantu meringankan beban untuk membayar utang biaya perawatan sang suami, senilai kurang lebih Rp 17 juta.
Sementara jenazah Gede Seni rencananya akan dikubur di Setra Desa Adat Kubutambahan pada Selasa (26/1) besok.
"Saya berharap sekali ada warga yang bisa bantu bayar utang di rumah sakit. Saya punya anak kecil, tidak punya uang, saya mohon sekali bantuannya," harapnya. (rtu)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Jenazah Suami Dibawa Pakai Pikap, Sang Istri Masih Utang Rp 17 Juta di RSUD Buleleng