Sebab, di Desa Wadung yang terdapat Dusun Tadahan, Ringin dan Boro sebagian besar yang terdampak adalah bangunan.
"Nilai tanah dan bangunan yang dibeli hampir sama dengan saya beli tanah untuk buat rumah baru. Tanah dihargai Pertamina Rp 600 ribuan, saya beli tanah juga sekarang harganya segitu," pungkasnya.
Pria yang juga sempat menolak pembangunan kilang itu mengungkapkan alasan melakukan relokasi mandiri.
Hal itu dikarenakan relokasi yang dijanjikan oleh Pertamina tak kunjung jelas, sehingga keputusan relokasi mandiri itu diambil bersama warga lainnya.
Di sisi lain, warga juga tidak mau jika relokasi yang ditawarkan Pertamina di luar Desa Wadung.
Baca juga: Ratusan Warga Desa di Tuban Jadi Orang Kaya Baru, Polisi Tingkatkan Keamanan
"Tidak jelas relokasi yang ditawarkan Pertamina, makanya kami relokasi mandiri. Tidak masalah, lebih baik begini karena kami tidak ingin keluar dari Desa Wadung," tutupnya.
Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.
Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar.
Rinciannya, lahan warga 384 hektar di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.
Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Bukan Hanya Mobil Baru, Seperti Ini Rumah Baru Mewah Warga Tuban Terdampak Kilang Minyak Pertamina
(Suryamalang.com/Mochamad Sudarsono)