Adegan itu, meskipun terbilang umum dan tidak ada orang yang memperhatikan, bagi Abbas, membuat hatinya terenyuh.
Baca juga: Kisah Mantan Pemain Manchester United yang Sekarang Jadi Kuli Bangunan
Seorang polisi, aparat negara yang dianggapnya kafir, ternyata berusaha untuk menunaikan ibadah salat tepat waktu.
Tak cuma itu, ada adegan kehidupan lain yang seakan dicuplikan Tuhan sebagai hidayah untuk Abbas. Yakni tatkala dirinya diberi nasi bungkus, dalam suatu sela sesi interogasi.
Pada saat yang sama, ia juga melihat ke arah lain mendapati ada seorang anggota yang tidak memperoleh jatah nasi bungkus.
Ia mengira, jatah bungkusan nasi saat itu memang terbatas, sehingga membuat si polisi itu harus menunggu jatah nasi bungkus yang sedang diambilkan rekannya.
Ternyata dugaan Abbas keliru. Polisi itu menjawab dirinya sedang berpuasa sunnah senin-kamis.
Mendengar pernyataan itu, Abbas bergumam diam-diam dan merasa terenyuh hatinya.
Lagi-lagi anggapannya tentang polisi yang dikafirkannya itu, patah.
Ternyata ada juga figur polisi yang memiliki kualitas Keimanan Islam yang melebihi dirinya.
"Hati saya tersentuh, saya berpikir ada something wrong dalam masalah pengkafiran. Sehingga saya belajar lagi dalam masalah soal mengkafirkan muslim yang lain," jelasnya.
Dua adegan itu, diakui Abbas menjadi titik balik kehidupannya.
Setelah menjalani masa hukuman selama setahun, akibat terbukti pemalsuan dokumen, dan tidak terbukti terlibat dalam aksi pengeboman.
Baca juga: Kisah Pilu Ibu Muda di Banyuasin, Nikah Usia 9 Tahun, Kini Dirudapaksa Kakak Ipar, Suami Tak Percaya
Di pertengahan tahun 2000-an, ia memutuskan berhenti menjadi anggota organisasi JI ataupun kelompok sempalan sejenisnya. Dan berkomitmen membantu pemerintah dalam menghadapi paham terorisme.
Abbas merasa, upayanya menghentikan aksi teror yang dilakukan rekannya dulu di JI, sepertinya ditakdirkan Tuhan, harus melewati jalur ikhtiar lain melalui kerja sama dengan aparat negara; kepolisian.
Kini, ia aktif sebagai konsultan Senior di Lembaga Riset Division for Applied Social Psychology Research (DASPR). Sebuah lembaga yang konsen pada penanggulangan teroris dan pendampingan narapidana teroris (napiter) atau mantan napiter dalam menjalani deradikalisasi.
Sejak bebas dari penjara. Abbas sangat sibuk, berkeliling seluruh Indonesia, bersama BNPT RI memberikan wacana penanggulangan terorisme, sekaligus pendampingan Napiter di lembaga pemasyarakat.
Seraya menjalankan bisnisnya menjual produk olahan madu yang dikelola keluarganya.
Abbas kini memiliki arah dan penyegaran baru dalam jihad. Yakni jihad untuk menyadarkan rekan-rekan sesama JI, dan jihad merawat negara Indonesia sebagai negara darussalam, yang aman, damai, dan tentram.
"Kalau saya ketemu mereka, pasti akan saya bilang, Indonesia bukan tempatnya menegakkan negara Islam. Kalau punya keyakinan hidup membuat negara Islam, carilah negara lain, bukan di Indonesia," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Melihat Polisi Muslim Puasa Sunnah dan Salat Diawal Waktu, Mantan Komandan JI Asia Tenggara Tobat
(Surya.co.id/Luhur Pambudi)
Berita lainnya seputar gerakan terorisme.