TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini update dampak bencana banjir bandang di Flores Timur akibat siklon Seroja.
Menurut catatan, sebanyak 256 orang dilaporkan mengungsi.
Sementara itu, banjir bandang juga membuat 5 jembatan putus.
Bencana hidrometeorologi terjadi di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur.
Bencana ini merupakan dampak dari keberadaan bibit siklon tropis 99S atau siklon Seroja.
Keberadaan siklon Seroja menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem yang signifikan berupa hujan lebat, angin kencang hingga gelombang laut tinggi.
Intensitas hujan yang tinggi terjadi di Kabupaten Flores Timur pada Minggu (4/4/) dini hari pukul 01.200 Wita.
Akibatnya banjir bandang menimpa sejumlah wilayah di Flores Timur.
Menurut rilis BNPB yang diterima Tribunnews, hingga Senin (5/4/2021) pukul 05.00 WIB, sebanyak 256 jiwa mengungsi di Balai Desa Nelemawangi sementara sejumlah warga lainnya mengungsi di Balai Desa Nelelamadike.
Baca juga: BNPB: 17 Rumah Hanyut Akibat Banjir Bandang di Flores Timur
Baca juga: Fakta-fakta Banjir Bandang di Flores Timur: Semua Akses Terputus, Kondisi Pengungsian Memprihatinkan
Baca juga: Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur Ikut Makamkan Jenazah Korban Banjir Bandang Adonara
Tercatat sebanyak 24 warga masih belum ditemukan.
Sementara itu, korban meninggal mencapai 44 orang.
Warga yang mengalami luka-luka kini telah mendapatkan perawatan medis.
Untuk kerugian materil, tercatat sebanyak 17 unit rumah hanyut, sementara 60 rumah terendam lumpur.
Banjir bandang tersebut juga mengakibatkan 5 jembatan putus.
BPBD setempat juga masih terus melakukan pendataan dan verifikasi dampak korban juga infrastruktur.
Lebih lanjut, bencana banjir bandang di Flores Timur juga berdampak di sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan.
Kesembilan desa tersebut yakni Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).
Upaya penanganan bencana terus dilakukan.
Akses utama penanganan diakukan melalui jalur laut.
Sedangkan kondisi di lokasi terjadi hujan, angin dan gelombang yang membahayakan pelayaran kapal.
Sementara evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat.
Baca juga: Fraksi PKS DPR Potong Gaji Untuk Bantu Korban Banjir dan Longsor di Flores Timur dan Bima
Baca juga: Banjir di Sumba Timur NTT: 54 Kepala Keluarga Harus Mengungsi
Apa Itu Siklon Seroja?
Siklon Seroja menjadi penyebab terjadinya bencana besar di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bibit siklon ini berada di perairan kepuluan Rote, Nusa Tenggara Timur.
Dan diperkirakan intensitasnya masih akan menguat hingga Senin (5/4/2021).
Siklon tropis 99S ini diberi nama "Seroja" oleh Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta.
"Saat bibit saja sudah menimbulkan bencana, apabila benar-benar menjadi siklon, maka dikhawatirkan akan meningkatkan tingkat risikonya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Minggu (4/4/2021).
Berdasarkan analisis terbaru tanggal 04 April 2021 jam 19.00 WIB, bibit siklon tropis 99S berada di posisi Perairan Kep. Rote, Nusa Tenggara Timur, 10.3LS, 123.5BT (sekitar 24 km sebelah barat daya Kupang)
Dengan arah pergerakan sistem ke arah Timur hingga timur laut dengan kecepatan 3 knots (6 km/jam) bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Kecepatan angin maksimum disekitar sistemnya adalah 30 knots (55 km/jam) dengan tekanan di pusat sistemnya mencapai 996 hPa.
Diperkirakan intensitas Bibit Siklon Tropis 99S masih akan menguat dan mencapai intensitas siklon tropis pada dini hingga pagi hari (6-12 jam kedepan) sekitar jam 18 UTC atau 01.00 WIB tanggal 05 April 2021.
Mengingat, sistem siklon tropis tersebut masih berada di wilayah tanggungjawab Jakarta TCWC, maka nama siklon tropis yang akan diberikan adalah "SEROJA" sesuai dengan urutan nama siklon tropis dari BMKG secara internasional.
Keberadaan bibit siklon tropis 99S tersebut menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem yang signifikan berupa hujan sangat lebat, angin kencang, gelombang laut tinggi, dan berdampak pada terjadinya bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur.
Berita seputar cuaca ekstrem di Indonesia Timur.
(Tribunnews/Miftah/Gigih)