Sampah layak jual contohnya kardus, besi dan botol plastik.
Sampah kategori ini dijual ke pengepul setiap pekan.
Sementara sampah layak kreasi di antaranya plastik bekas bungkus kopi, detergent, snack dan sejenisnya.
Sampah kategori kreasi ini yang kemudian diolah jadi aneka kerajinan.
Pengolahan sampah menjadi aneka kerajinan itu, lanjut Sri Kawuryani, dilakukan secara bersama-sama oleh anggota Bank Sampah.
“Sampah yang sudah dibersihkan, dicuci, dijemur, dipotong seperlunya dan dijadikan beragam kerajinan seperti doskrip, gantungan kunci, kalung gelang, bunga dan tas,” bebernya.
Baca juga: Dirikan Sekolah di Daerah Pelosok, Pasutri Ini Minta Dibayar Pakai Sampah, Begini Kisahnya
Pembuatan kerajinan itu dilakukan sesuai kemampuan anggota masing-masing.
Sebagian anggota mengerjakan kerajinan yang tingkat kerumitannya tidak terlalu tinggi seperti gantungan kunci, broes atau bunga hias.
Sementara kerajinan yang tingkat kerumitannya cukup tinggi seperti aneka tas dikerjakan oleh anggota yang memiliki keterampilan menjahit.
Diakui Sri Kawuryani, untuk produk tertentu seperti tas, tidak sepenuhnya bahan bakunya dari sampah yang didaur ulang.
Namun, komponen daur ulang dari sampah tetap ada seperti isian tas yang berasal dari cacahan sampah plastik.
Setelah diproduksi, aneka kerajinan produk daur ulang ini dipajang di distro yang menumpang di rumah seorang pengurus.
Lokasinya hanya beberapa meter dari lokasi kantor Bank Sampah Rukun Santoso.
Sri Kawuryani mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, pihaknya sampai kewalahan melayani pemesanan produk kerajinan dari sampah.