Miming juga mengingatkan adanya bahaya kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau yang diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Juli-Agustus.
Lebih lanjut, Miming menjelaskan dampak dari bencana turunan dari siklon tropis sangat perlu diwaspadai, di antaranya adalah gelombang tinggi, angin kencang, hujan lebat, banjir, longsor, dan banjir bandang.
Hal ini senada dengan hasil temuan lapangan yang dilakukan oleh BNPB.
“Dampak signifikan yang terjadi di Adonara, Lembata, dan Alor cukup luar biasa, namun bukan representasi dari dampak langsung siklon tropis,” ungkap Abdul Muhari, salah satu anggota Tim Survei BNPB.
Dijelaskan bahwa dampak signifikan yang terjadi di 3 daerah tersebut diakibatkan oleh banjir bandang dan debris flow sebagai bencana turunan akibat siklon tropis.
Sumaryono dari PVMBG menemukan banyak penduduk yang tinggal di daerah kipas aluvial karena sumber mata air yang melimpah di sekitar wilayah tersebut.
Baca juga: KSPSI Distribusikan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang NTT Lewat Tanjung Perak
Pernyataan ini diperkuat dengan temuan lapangan tim survei dan pemetaan BNPB bahwa masyarakat tidak merasa perlu menghindari membangun rumah di alur sungai.
Pendataan penduduk dan sistem peringatan dini yang tepat sangat penting dilakukan di wilayah tersebut sebagai antisipasi untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul akibat bencana serupa di masa depan.
Profesor Faisal Fathani dari UGM berpendapat bahwa dengan morfologi pulau di NTT yang cenderung hampir mirip satu sama lain, bentuk mitigasi yang sama dapat diterapkan di seluruh NTT yaitu dengan menerapkan sabo dam untuk mengurangi dampak banjir bandang.
Selain itu juga early warning system dapat diaplikasikan menggunakan pendulum dan ultrasonic sensor dengan partisipasi masyarakat.
Baca juga: Perbaiki Bendungan Benanain NTT karena Banjir, Kementerian PUPR Harap Produksi Pertanian Membaik
Ide ini diapresiasi oleh PUPR mengingat adanya kondisi beberapa daerah yang tidak memungkinkan untuk dilakukan relokasi.
Sejauh ini ada 2 peta usulan relokasi baru yaitu di Waisesa II sebanyak 546 unit rumah dan Waisesa I sebanyak 154 unit rumah.
Peran dari unsur kebencanaan sangat dibutuhkan dalam menentukan area relokasi ke depannya.
Sampai saat ini penanganan pasca bencana hidrometeorologi akibat siklon tropis Seroja di NTT masih terus berlanjut.
PUPR mencanangkan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi rumah rusak dan sejumlah bangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, bendung, jaringan irigasi, dan bangunan sungai/pantai di tahun 2021 dan diteruskan di tahun 2022.