TRIBUNNEWS.COM - Korban bertambah dalam tragedi ledakan petasan di Desa Ngabean, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (12/5/2021).
Sugiyanto (23) mengembuskan napas terakhir pukul 07.55 WIB setelah menjalani perawatan di RSUD Prembun.
"Korban meninggal hari ini bertambah satu lagi, jadi totalnya ada empat korban meninggal," kata Kapolres Kebumen, AKBP Piter Yanottama saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (13/5/2021).
Kapolres menambahkan, tiga orang korban luka telah kembali ke rumah.
Baca juga: Fakta Ledakan Petasan di Kebumen, 3 Orang Tewas, Plafon dan Tembok Rumah Hancur
Sementara satu korban lagi kondisinya kian membaik setelah sempat kritis pada malam sebelumnya.
"Tinggal satu yang masih di rumah sakit, semuanya luka bakar, tapi yang sudah pulang ke rumah rata-rata luka ringan," ujar dia.
Terkait tragedi tersebut, jajaran Polres Kebumen sepekan lalu telah melakukan antisipasi dengan menggelar razia dan berhasil menyita 215 kilogram serbuk petasan.
Bahkan, untuk memusnahkan barang berbahaya tersebut, Kapolres melibatkan Tim Gegana Brimob Polda Jateng di kawasan Puslitbang TNI AD atau di bibir Pantai Setrojenar Buluspesantren.
"Kasus ini masih didalami oleh Tim Labfor, tapi diperkirakan bahan bubuk yang ada di lokasi sekitar 2-3 kilogram," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, ledakan petasan di Kebumen terjadi Rabu (12/5/2021) sekitar pukul 17.30 WIB. Kala itu ada tujuh orang yang tengah meracik petasan di rumah milik Untung.
Korban meninggal masing-masing bernama Taufik Hidayat (27), Rizky Efendi (21), Rio Dwi Pangestu (22) dan Sugiyanto (23).
Sedangkan korban luka-luka yakni Bambang priyono (29), Alib (24), Irwan (25) dan Ratna.
Wajah korban tak dikenali lagi
Untung (55) menyaksikan pemandangan mengerikan setelah petasan meledak dan menyebabkan tiga korban jiwa di Desa Ngabean, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (12/5/2021).
Salah satu korban meninggal adalah anaknya Muhammad Taufiq Hidayat (27).
Selain menelan 3 korban jiwa, ledakan petasan yang terjadi menjelang waktu berbuka puasa terakhir, sekitar pukul 17.30 WIB itu juga melukai 5 orang lainnya.
"Sudah pada tergeletak. Tidak bergerak. Darah di mana-mana. Sampai saya tidak bisa mengenali wajah anak saya," kata Untung, Rabu.
Saat kejadian, Untung sedang berada di belakang rumah.
Tiba-tiba suara ledakan menggelegar, memecah kedamaian senja di kampungnya.
Untung terkesiap, darahnya berdesir, firasat buruk memenuhi hatinya saat sadar suara tersebut berasal dari arah rumahnya.
Lintang pukang Untung berlari menuju arah suara.
Pemandangan mengerikan tergambar di depan matanya.
Tubuh para korban bergelimpangan. Darah di mana-mana. Bahkan beberapa korban tak dapat dikenali wajahnya.
"Saat kejadian, saya tidak di rumah. Saya berada di belakang rumah," kata Untung.
Untung mengungkapkan, putranya dan beberapa pemuda sekitar sengaja merakit petasan untuk memeriahkan momen Lebaran.
Mereka membuat sendiri selongsong petasan dari kertas bekas hanya berdasarkan pengalaman.
Untung tidak pernah tahu anaknya mendapatkan serbuk petasan dari mana.
Putranya, lanjut Untung, baru saja pulang dari perantauan.
Beberapa hari sebelumnya, ia sempat menegur anaknya untuk tidak membuat petasan karena lingkungan sekitar tidak semuanya suka dengan suara petasan.
Namun, kemeriahan yang direncanakan berubah menjadi petaka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Bertambah, Total Korban Meninggal Tragedi Ledakan Petasan Jadi 4 Orang dan "Sudah Pada Tergeletak Tidak Bergerak, Saya Tidak Bisa Mengenali Wajah Anak Saya"