TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Pusara di sebuah lahan sempit yang berada di belakang masjid Desa Binorong, Kecamatan Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah menyimpan sebuah cerita sejarah.
Di tempat tersebut, diketahui Kiai Busyro Syuhada, pendekar silat yang melegenda dimakamkan.
Tak ada beda makam tokoh tersebut dengan makam lain di sekitarnya.
Hanya batu nisan tua yang menancap di pusaranya.
Tidak ada bangunan atau pagar yang menandai kekeramatannya.
Rumput liar tumbuh subur menutupi permukaan lahan.
Meski namanya kurang populer, Mbah Busyro nyatanya telah melahirkan banyak tokoh pendekar, di antaranya pahlawan nasional Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Bukan hanya memiliki kemampuan militer dan taktik perang, Soedirman rupanya juga membekali dirinya dengan ilmu bela diri dan spiritual.
Baca juga: KKP: Perikanan Budidaya Tumbuhkan Perekonomian Daerah di Banjarnegara
Untuk urusan itu, Jenderal Soedirman harus mengakui kehebatan Busyro Syuhada, jawara silat di zaman kolonial.
Hingga ia memutuskan pergi ke Banjarnegara untuk menemui sang jawara.
Jenderal Soedirman mendaftar sebagai murid di padepokan yang diasuh kiai Busyro.
Bangunan padepokan yang berada di sisi jalan nasional itu kini sudah tak berbekas.
Baca juga: Mentan SYL di Indonesia Food Summit 2021: Pertanian Adalah Tanggung Jawab Bersama
Lahan padepokan telah disulap menjadi Rumah Sakit Islam (RSI) Bawang, Banjarnegara.
Di padepokan itu, Soedirman bersama santri lainnya dari berbagai daerah digembleng dengan ilmu bela diri dan spiritual.
Tetapi Fuad tak mengetahui persis materi spesifik yang diajarkan kakeknya kepada Jenderal Soedirman.
“Yang diajarkan silat dan ilmu rohani,” kata Fuad, cucu KH Busyro Syuhada, Selasa (25/5/2021)
Jenderal Soedirman tak lama menimba ilmu di padepokan, hanya 21 hari.
Tetapi di waktu yang singkat itu, Soedirman benar-benar total belajar.
Keseriusannya ia buktikan dengan menetap atau tinggal di langgar padepokan.
Sehingga, ia bisa maksimal menyerap ilmu dari sang guru.
Sayang Fuad tak mengetahui cerita lebih lengkap perihal hubungan guru-murid Kiai Busyro dengan Jenderal Soedirman.
Baca juga: Ketua DPD PDIP Jateng Sebut Ganjar Pranowo Terlalu Berambisi untuk Nyapres
Hanya yang ia tahu, setelah berguru ke Mbah Busyro, Soedirman sempat berceramah pada acara gerakan kepanduan Hizbul Wathan di dataran tinggi Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
“Habis di Banjar, dia diundang untuk ceramah Hizbul Wathan di Batur,” katanya
Guru Jenderal Soedirman ini jelas bukan orang sembarangan.
Busyro Syuhada adalah jawara silat yang kesohor di zamannya.
Ia memenangi banyak pertarungan dan sayembara di berbagai daerah.
Di antara pertarungan yang membuatnya kondang adalah ketika melawan seorang warga Belanda.
Pria Belanda itu mulanya sempat sesumbar.
Fuad menceritakan, ia menantang orang Indonesia yang paling kuat untuk melawannya.
Tantangan itu sampai ke telinga Busyro.
Ia menyambut tantangan orang asing itu.
Duel keduanya pun dimulai.
Mereka berusaha saling melumpuhkan.
Pria asing itu tentu bukan lawan sembarangan.
Ia sempat berhasil mengempit anggota tubuh Busyro.
Tetapi Busyro tak gampang ditaklukkan.
Ia balik menyerang.
Dalam kondisi terjepit, Busyro mengeluarkan jurus tendangan.
Pria asing itu terkena tendangan maut Busyro di selangkangan.
Tubuh pria bule itu seketika roboh. Ia takluk di tangan Busyro. Busyro berhasil memenangkan pertarungan mematikan itu. Sang jawara kembali berjaya di arena pertarungan.
"Setiap ada sayembara pendekar silat, dia selalu menang," katanya.
Penulis: khoirul muzaki
Artikel ini telah tayang di Tribun-Pantura.com dengan judul Kisah KH Busyro Syuhada Sang Jawara Guru Silat Jenderal Soedirman