TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Lapangan DBL Academy merupakan lapangan basket di Yogyakarta yang memiliki fasilitas yang sudah sesuai standar di antara lapangan basket lain di sekitarnya.
Manajer Umum DBL Academy, Berchman Heroe mengemukakan, lapangan yang dikelolanya bersama kawan-kawan memang dibangun untuk berlatih basket, mulai dari usia 5 tahun hingga profesional.
Semua ukuran tiang, lapangan, papan pantul, ring basket, hingga bahan lantainya sudah mengikuti standar dari Federasi Basket Internasional (FIBA).
Biaya sekali sewa lapangan untuk umum sebesar Rp750.000 per satu jam, dengan minimal pemakaian dua jam. Biaya tersebut sudah termasuk semua fasilitas penunjang di dalam gedung.
"Kalau bicara soal standar, kita lihat untuk siapa dulu. Kalau untuk tim profesional semacam Bima Perkasa Jogja tepat sekali untuk main di lapangan ini. Karena mereka harus tanding. Tapi juga dengan anak-anak yang niat berlatih, kalau dibiasakan di lapangan tidak standar, takutnya mereka akan rentan cedera," kata Heroe sapaan akrabnya saat ditemui Tribun Jogja, Sabtu (22/5).
Selanjutnya Heroe memaparkan sedikit detail soal lapangan DBL Academy. Bahan lantai yang dipakai adalah parket yang berbahan kayu solid setebal lima sentimeter, dan di bawahnya masih diberi bantalan halus guna meningkatkan daya redam.
Alasan penggunaan bahan tersebut juga memperhitungkan kenyamanan serta daya pantul bola yang sempurna. Lantai kayu kemudian dibuat untuk tidak terlalu keras maupun empuk, dan tentunya tidak licin saat dipakai pemain untuk berlari di atasnya.
Sementara besaran tanah yang harus disiapkan sekitar 3.000 meter persegi, dalam hitungannya sudah bisa memiliki dua lapangan dengan luas yang standar.
"Kalau lapangan DBL ini dalam pembangunan memerlukan kocek sebesar lebih dari 15 miliar, itu pun belum dengan tanah sekitar 3.000 meter persegi ini," ujarnya.
Dengan anggaran tersebut diharapkan dapat membantu pembinaan basket di Yogyakarta dengan baik. Serta pada pengelolaannya tidak asal-asalan, dan tetap berkelanjutan.
Lapangan DBL ini resmi selesai dibangun pada September 2019 lalu, tepat ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia. Hingga kini, lapangan DBL masih belum dibuka untuk umum, lantaran untuk meminimalisasi adanya kasus penyebaran di dalam lapangan.
"Sampai sekarang kita belum sewakan untuk umum, berbeda dengan Bima Perkasa, mereka tim profesional, toh mereka juga rutin lakukan tes swab, jadi kita percaya. Untuk sekarang kita fokus dulu untuk anak-anak di akademi," ucap pria berumur 53 tahun itu.
Baca juga: Lapangan Basket di Yogya Merangkap Tempat Mantenan
Sebagai catatan lain, lapangan DBL memiliki 12 ring basket yang terpasang dan bisa diatur sesuai kebutuhan kelas, guna efektivitas pelatihan.
"Di sini kelas kita mulai dari usia 5 tahun, maka kita juga sesuaikan ukuran tinggi ring basketnya. Kalau mereka menggunakan ukuran profesional nanti mengganggu ke perkembangannya, selain itu bakal gampang capai, karena belum waktunya," katanya.
"Mereka harus berkembang sesuai usianya. Bukan dipaksakan tapi disesuaikan," tutup Heroe. (tsf)
Baca juga: Atlet Basket di Yogya Sulit Mencari Lapangan Berkualitas