Pihaknya telah meminta data CCTV pengamatan gunung Merapi yang terletak di Kali Tengah untuk menggali informasi terkait fenomena tersebut.
"Kami sudah dapat videonya, pada pengamatan perbedaan beberapa menit wajar. Pengamatan berbeda pada CCTV jatuhan meteor tidak pas di puncak tapi di sisi Timur. Oleh karena itu Kami mantap menyimpulkan itu meteor," lanjutnya.
Meski disimpulkan bahwa cahaya tersebut merupakam meteor, namun ia menjelaskan bahwa lingkungan sekitar yang menjadi tempat mendaratnya benda langit tersebut tidak ikut terpancar cahaya.
Hal itu diyakini olehnya karena meteor yang jatuh tidak begitu besar, sehingga lingkungan sekitar tidak terdampak dan tidak pula terjadi ledakan.
"Prediksi kami tidak sampai 1 Kg. Hanya sebesar kepalan tangan. Tapi jika itu bukan benda atmosfir sebesar kelereng pun akan terlihat cahayanya, jika terbakar," jelasnya.
Mutoha memastikan jika jatuhnya meteor di dekat gunung Merapi hanya sebuah kebetulan saja.
Karena menurutnya jutaan meteor setiap harinya berjatuhan menghujam ke bumi. Hanya saja sangat jarang yang sempat terabadikan oleh manusia.
"Ya hanya kebetulan saja, tidak ada faktor tertentu. Karena berkwintal-kwintal meteor setiap harinya jatuh. Hanya tidak terekam saja," tegas dia.
(Tribunnews.com/Tio/Gilang) (TribunJogja.com/Miftahun Huda)