TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Kisah tragis menimpa Ali Mom, pelajar asli Papua yang duduk di Kelas X SMAN 1 ILaga, Puncak, Papua.
Ali dituduh mata-mata oleh teroris Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Dia menemui aja di tangan OPM.
Cerita kekejaman ini berawal dari telepon seluler milik Ali berdering.
Ia mengecek layar ponselnya dan hanya terlihat nomor, tidak ada nama.
Karena memang nomor yang masuk tersebut tidak ada dalam daftar kontak ponsel milik remaja berusia 15 tahun ini. Pelajar ini, tidak curiga. Ia mengangkat telepon.
Dari ujung telepon, terdengar suara seorang pria.
Belakangan, diketahui pria itu merupakan salah satu anggota kelompok teroris OPM pimpinan Lekagak Telenggen.
Ia meminta pertolongan. Tanpa basa-basi, Ali mengiyakan.
Sebenarnya Ali biasa melakukan hal ini. Ia menerima titipan dari siapapun. Semata-mata untuk mencari uang tambahan sebagai pelajar asli setempat.
Ali yang merupakan warga Kampung Ilambet ini menggeber sepeda motor Yamaha Jupiter MX, pada Kamis 15 April 2021, walapun malam sudah tiba. Ia diminta membelikan rokok dan pinang.
Ali diminta mengantarkan titipan itu ke Kampung Uloni, Distrik Ilaga. Setibanya di Uloni, Ali dihadang kelompok kelompok teroris OPM pimpinan Lekagak Telenggen.
Ali ditembak sebanyak dua kali dan kepalanya dibacok.
"Seketika korban tewas di TKP," kata Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri kepada wartawan, Jumat (16/4/2021).
Kelompok teroris ini juga membakar sepeda motor yang dikendarai korban.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom mengakui membunuh pelajar SMA itu.
Para teroris pembantai mengaku tahu bahwa korban merupakan pelajar. Namun kelompok OPM ini tetap membunuh korban karena dianggap sebagai provokator dan anggota intelijen atau mata-mata.
Seharusnya pada bulan Desember tahun 2021 nanti, Ali Mom berulangtahun ke 16 Tahun.
Baca juga: Kapolda Papua Sebut Pembunuh Briptu Mario Sanoy Masih Misteri: Belum Tau dari Kelompok Mana