Saya telepon jajaran yang bertanggungjawab. Saya ikut nyapu, sedikit. Saya ajari cara nyapu. Sistem nya seperti ini. Prinsipnya, ketika saya memilih kepala dinas dan jajarannya, maka sistemnya harus jalan.
Style beda nggak harus seperti Bu Risma?
Ibu Risma ini sebagai seorang ibu. Misalnya saat mendatangi demo, Ibu bisa saja memarahi pendemo dengan karakter keibuannya. "Kamu ini anak saya," Seperti itu. Ibu nggak dilawan. Tapi, kalau saya menirukan, bisa gegeran dengan pendemo.
Masih kontak untuk meminta pendapat Bu Risma?
Saya masih kontak dengan beliau. Sebab, bagi saya, beliau adalah guru dan guru tak ada kalimat bekas. Sampai kapanpun beliau adalah guru saya.
Sampai hari ini, saya masih kontak dengan guru SMP, guru ngaji, hingga para kiai untuk minta nasihat. Menurut saya, kesempurnaan memimpin ini ada ketika kesinambungan sesama untuk membangun.
Saya masih cium tangan dengan para guru saya. Bu Risma juga merupakan guru dan orang tua seperti guru saya lainnya.
Kapan pertama Anda bertemu Bu Risma?
Ketika saya masuk (Dinas) Bina Program. Bertemu dengan Bu Risma. Saya kembali ditempa. Akhirnya, saya menjadi Plt Kepala Bagian Bina Program, kemudian Kepala Dinas Cipta Karya, Kepala Bappeko, baru menjadi wali kota. (bobby koloway)
Baca juga: Walikota Surabaya Ingin Makam Orangtuanya Terang dengan Menjadikan Jabatan Ladang Amal (1)