Laporan Jafaruddin | Aceh Utara
TRIBUNNEWS.COM - Kisah pilu dialami bocah bernama Muhammad Irfan Rasyid (11) di Desa Trieng, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara.
Ia terus menangis mencari ibunya yang tewas tersambar petir.
Ia sebelumnya dirawat di RSU Cut Meutia Aceh Utara karena mengalami luka setelah ikut tersambar petir.
Keluarga menyebut, Rasyid tak percaya jika ibunya telah meninggal hingga terus menanyakan keberadaan sang ibu.
Diketahui, bocah tersebut dirawat di RSU Cut Meutia Aceh Utara mulai Rabu (26/5/2021), sampai Senin (31/5/2021) karena luka di bagian pahanya.
Ia dirawat dalam ruang Athfal bersama dengan Ridwan Kamil (5) bocah Desa Trieng yang juga menjadi korban sambaran petir.
Ridwan mengalami luka bakar di bagian dadanya dan di bagian belakang kepalanya.
Baca juga: Berteduh di Gubuk Sawah, Ibu Rumah Tangga Tewas Tersambar Petir, 4 Anak-anak Terluka
“Dia tidak percaya ibunya sudah meninggal, dan terus menanyakan keberadaan ibunya serta terus menangis,” kata Fitriani, saudara dekat Muhammad Irfan Rasyid kepada Serambinews.com melalui WhatsApp, Rabu (2/6/2021).
Disebutkan, dia kini tinggal bersama neneknya, apalagi almarhum ibunya sudah lama berpisah dengan ayahnya, dan pihaknya mendapat informasi ayahnya berada di Malaysia.
Selain Muhammad Irfan Rasyid, adiknya Irham yang juga menjadi korban sambaran petir, kini juga dirawat neneknya.
Nurhayati dikebumikan di kuburan umum Desa Trieng Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara pada Rabu (26/5/2021) malam setelah dibawa pulang dari Puskesmas Lhoksukon, Aceh Utara.
Kini dua dari lima korban sambaran petir harus berobat jalan setelah lima hari mendapat perawatan di di RSU Cut Meutia Aceh Utara.
Baca juga: Kisah Nelayan di Manggar Bergulat Lawan Buaya 4 Meter, Selamat Setelah Pukulannya Kena Mata Predator
Kedua bocah tersebut diziinkan pulang oleh dokter yang merawatnya di RSU Cut Meutia Aceh Utara pada Senin (31/5/2021) sore.