Lebih lanjut, Ligat menjelaskan, untuk pasien di Rokan Hulu mengalami gejala dua hari seteval divaksin Sinovac.
Baca juga: Beri Ayam pada Lansia yang Mau Divaksin, Usaha Vaksinasi di Cianjur jadi Sorotan Media Asing
Pasien tersebut datang ke puskesmas dengan keluhan badan merian serta demam.
Kemudian, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit swasta lalu dilakukan screening, termasuk rontgen dan pemeriksaan darah.
"Hasilnya pasien ini diketahui ada lekositosis dan hasil rontgen torak atau badannya ada infeksi di paru-paru," terang Ligat.
Setelah diketahui ada infeksi di paru-paru, pasien itu disarankan untuk dirawat sambil dilakukan pemeriksaan swab PCR.
Namun, saat itu pasien malah menolak dan meminta untuk dipulangkan.
"Setelah beberapa hari di rumah, pasien ini balik lagi ke rumah sakit, namun kondisinya sudah memburuk dan akhirnya pasien tidak tertolong lagi dan meninggal dunia," ungkap Ligat.
Baca juga: Dua Warga Riau Meninggal Setelah Divaksin Sinovac, Kepala Dinas Kesehatan Ungkap Penyebabnya
Bukan karena vaksin
Mengutip dari TribunPekanbaru.com, Kepala Dinas Kesahatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir turut angkat bicara terkait penyebab kematian dua warga pascavaksin.
Ia menegaskan, dua warga Riau tersebut meninggal bukan karena efek vaksinasi, melainkan karena penyakit yang dialami oleh pasien.
"Iya betul, ada dua kasus KIPI yang meninggal dunia, tapi itu bukan karena vaksin tapi karena penyakit yang dideritanya," ungkap Mimi.
Masih kata Mimi, sebelum dilakukan vaksinasi, seluruh penerima vaksin harus melewati pemeriksaan atau screening yang dilakukan oleh petugas medis.
Apabila hasil screening menyatakan seseorang tidak layak untuk divaksin karena faktor kesehatan dan penyakit bawaan, maka petugas vaksin atau vaksinator tidak akan berani untuk menyuntikkan vaksin.
"Pada saat screening mereka ini kan dicek semua, saat dilakukan pemeriksaan itu tidak ada masalah," ujarnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunPekanbaru.com/Syaiful Misgiono)