TRIBUNNEWS.COM - Seorang mahasiswa membagikan pengalaman penelitiannya tentang monyet yaki yang memakan waktu selama 10 bulan.
Unggahan tersebut pun kini menjadi viral di media sosial Twiter.
Diunggah oleh pemilik akun Twitter @indiratendi pada Kamis (10/6/2021).
Hingga kini, Sabtu (26/6/2021), cuitan tersebut telah mendapatkan 10,6 ribu retweet dan disukai oleh 71,6 ribu pengguna Twitter.
Baca juga: VIRAL Kisah Mahasiswa Meneliti Monyet Yaki, Temukan Hal Menarik Tentang Perilaku Monyet yang Unik
Dalam unggahannya, pemilik akun Twitter @indiratendi menuliskan sebuah caption.
"Hari ini hari terakhir aku ambil data penelitian. Akhirnya setelah 10 bulan hidup di hutan, tiap hari ngikutin monyet," tulisnya.
Baca juga: VIRAL Penjual Es Cendol Berkostum Ksatria Baja Hitam di Gunungkidul, Ini Kisahnya
Harus Mengikuti Monyet Selama 12-13 Jam dalam Sehari
Saat dikonfirmasi Tribunnews.com, pengunggah bernama Indi mengungkapkan, selama menjalani penelitian banyak mengalami kesulitan.
Karena setiap harinya Indi harus mengikuti monyet yaki selama 12 hingga 13 jam.
"Kesulitan udah pasti banyak ya. Sehari itu saya kerja ngikutin monyet selama 12-13 jam. Dari sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam," kata Indi kepada Tribunnews.com Kamis (24/6/2021).
Perlu diketahui setiap harinya Indi juga harus membawa alat penelitian yang beratnya minimal lima kilogram.
Baca juga: Video Viral Pencurian Motor yang Gagal di Bondowoso, Pelaku Mondar-Mandir Dipergoki Pegawai Toko
Alat tersebut di antaranya:
- GPS untuk mengambil data koordinat dan track.
- Tablet untuk mengambil data perilaku.
- Kamera Thermal/infrared untuk mengambil data perilaku.
- Handycam untuk mengambil data video.
- Mikrofon untuk mengambil data suara
Baca juga: VIRAL Video Laju Ambulans Terhadang Iring-iringan Mobil Pejabat, Ini Faktanya
Selain alat penelitian, Indi juga masih harus membawa 1,5 liter air minum, bekal makan siang, jas hujan, dan mukena.
Dengan beban bawaan yang sebanyak itu, sudah pasti akan membuat lelah.
Terlebih jika kondisi jalannya harus naik turun bukit
"Udah pasti capek dan berat seharian naik turun bukit," tambahnya.
Baca juga: Cerita Viral Pengusaha Muda yang Sukses, Dulunya Kerja Driver Ojol, Harap Bisa Motivasi Banyak Orang
Awalnya Sulit Membedakan Tiap Individu Monyet
Indi mengaku, awalnya ia merasa kesulitan saat harus membedakan tiap individu monyet yaki yang ada di Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara.
Untuk itu sebelum penelitian Indi harus menjalani proses habituasi atau proses pengenalan terlebih dahulu.
Butuh waktu dua bulan lamanya untuk Indi bisa berhasil menjalani proses habituasi.
Baca juga: VIRAL Kisah Mahasiswi Hidup di Hutan Selama 10 Bulan demi Lakukan Penelitian tentang Monyet Yaki
"Membedakan tiap individu monyet itu cukup berat karena di awal-awal penelitian sepertinya wajah, bentuk badan, dan pantatnya sama semua."
"Saya butuh waktu 2 bulan untuk bisa lulus dari proses habituasi itu," terang Indi.
Selain itu Indi juga menuturkan jika faktor cuaca juga menjadi penghambat dalam proses penelitiannya.
"Faktor cuaca juga jadi penghambat, karena kalau hujan saya tidak bisa merekam suara dan video," tambahnya.
Baca juga: VIRAL Pemuda Bekerja Sampingan jadi Driver Ojol, Kini Bisa Buka Usaha 10 Outlet, Ini Ceritanya
Berharap Semakin Banyak yang Mengenal Monyet Yaki
Indi menyampaikan, jika sebelumnya sejak tahun 2014 ia sudah melakukan penelitian tentang hewan lainnya.
Di antaranya penelitian tentang lutung jawa, kupu-kupu, orangutan Kalimantan dan gajah Sumatera.
Tak hanya itu Indi juga pernah bekerja untuk penyelamatan siamang, owa dan surili Sumatera.
Dengan hasil penelitian Indi kali ini, ia berharap agar semakin banyak orang yang mengenal monyet yaki.
Baca juga: VIRAL Cerita Wanita Temukan Sepatunya Ditumbuhi Jamur Tinggi, Akui Kaget dan Bingung saat Melihat
Sehingga bisa ikut bersama-sama menjaga monyet yaki agar tidak punah.
"Harapannya semoga jadi lebih banyak orang yg kenal dengan monyet yaki, dan ikut sama-sama menjaga monyet yaki jangan sampai punah."
"Saya juga berharap masyarakat mencintai primata dgn cara membiarkannya hidup bebas di alam. Jangan beli bayi monyet untuk dipelihara," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)