News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil Santosa Doellah, Pemilik dan Pendiri Batik Danar Hadi yang Meninggal karena Covid-19

Penulis: Adya Ninggar P
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah Sukses Santosa Doellah Mengibarkan Bisnis Batik Danar Hadi

TRIBUNNEWS.COM - Dalam artikel ini terdapat profil singkat Santosa Doellah.

Santosa Doellah merupakan pendiri sekaligus pemilik Batik Danar Hadi.

Dikutip dari TribunSolo.com, Santosa Doellah dikabarkan meninggal dunia di RS Indriyati Solo, pada Senin (2/8/2021) pukul 18.00 WIB.

Santosa meninggal pada usia 79 tahun karena Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Soemartono, sahabat sekaligus ketua PMS kepada TribunSolo.com.

Baca juga: Inspiratif! UMKM Asal Solo Sukses Bawa Daster Batik Tembus Pasar Global

"Beliau dirawat di ruang ICU rumah sakit Indriyati," katanya.

Kisah Sukses Santosa Doellah Mengibarkan Bisnis Batik Danar Hadi (tribunjateng.com/HERMAWAN HANDAKA)

"Dengan diagnosa Covid-19," imbuhnya.

Soemartono mengungkapkan sempat menghubungi istri dari Santosa sesaat sebelum dirinya wafat.

Baca juga: Filosofi Motif Transenden, Inovasi Sarung Batik Melawan Pakem

"Saya sempat menghubungi ibu Danar Hadi menanyakan kondisi beliau," jelasnya.

"Sempat pulang sebentar ke rumah, namun kembali lagi rumah sakit karena Covid-19nya kembali parah," tuturnya.

Profil Singkat Santosa Doellah

Santosa Doellah lahir pada 7 Desember 1941.

Santosa Doellah merupakan anak kelima dari 10 bersaudara.

Dikutip dari danarhadibatik.com, Santosa Doellah merupakan anak dari pasangan Dr Doellah dan Hj Fatimah Wongsodinomo.

Santosa Doellah ternyata masih terhitung keluarga dengan sang istri, Danarsih.

Santosa Doellah dibesarkan oleh keluarga yang juga sudah menggeluti perbatikan.

Ibu Santosa Doellah, wafat umur yang masih sangat muda.

Santosa kemudian dibesarkan oleh kakeknya, Raden Wongsodinomo.

Raden Wongsodinomo merupakan seorang saudagar batik yang cukup terpandang di Surakarta.

Sejak tahun 1937, Raden Wongsodinomo merupakan salah satu orang yang aktif membentuk koperasi untuk para pembatik.

Maka dari itu, Santosa Doellah tumbuh di antara para pembatik.

Di bawah didikan sang kakek, Santosa Doellah mulai mempelajari banyak hal mengenai batik.

Mulai dari ragam hias, proses, dan teknik untuk menghasilkan selembar kain adiluhung untuk keraton hingga kain batik sudagaran berkualitas.

Santosa mengenyam pendidikan di Universitas Padjadjaran, Fakultas Ekonomi.

Saat kuliah, batik bisa dibilang menjadi gangguan utamanya.

Karena Santosa Doellah, juga sibuk berjualan batik sambil membangun jejaring usahanya di tengah perkuliahannya.

Setelah lulus sebagai seorang Sarjana Ekonomi, Santosa kembali ke Solo dan memutuskan untuk tetap berkecimpung di dunia batik.

Tahun 1967, Santosa menikah dengan Danarsih.

Kecintaan pasangan baru ini pada batik menjadikan mereka “bulat” untuk menghidupi keluarga melalui usaha batik.

Kondisi Surakarta pada saat itu untuk batik bisa dibilang baru merangkak lagi setelah peristiwa 1965.

Tetapi, mereka yakin dengan modal kecintaan, percaya diri, jejaring usaha
yang luas, kualitas produk yang baik, dan kerja keras maka usaha mereka pasti bisa berjalan baik.

Nama Danar Hadi dijadikan merek dagang, mengambil dari nama Danarsih dan ayahnya, Hadiprijono.

Dari pernikahannya dengan Danarsih, Santosa Doellah dikaruniai empat orang anak yang semuanya terjun mendukung usaha keluarga.

Menyambut bulan suci Ramadhan 1439 H, Batik Danar Hadi menggelar fashion show yang mengangkat tema "Padma Caitra" yang di selenggarakan di Rumah Batik Danar Hadi Semarang, Jalan Gajah Mada No 186 Semarang, Jumat (25/5). (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Berikut ini nama keempat anak Santosa Doellah dengan Danarsih:

- Dian Kusuma Hadi

- Dewanto Kusuma Wibowo

- alm. Diah Kusuma Sari Santosa

- Diana Kusuma Dewati

Sejarah Singkat Batik Danar Hadi

Dikutip dari sumber yang sama, Danar Hadi merupakan sebuah perusahaan yang berdiri pada 1967.

Tahun itu industri batik di Solo baru merangkak setelah periode 1965.
Walaupun kondisi perbatikan tidak terlalu kondusif, tetapi pasangan baru Santosa Doellah dan Danarsih Hadiprijono tetap memutuskan untuk memulai usaha batik di tahun tersebut.

Keputusan untuk mengeluarkan merek “Danar Hadi” tidak diambil dengan gegabah, melainkan suatu keputusan yang merujuk pada pengalaman usaha batik keluarga selama beberapa generasi di Surakarta.

(Tribunnews.com/Nadya/Yurika)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini