Ia ditetapkan sebagai target utama dari Operasi Tinombala pada 2016 oleh Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian.
Ali Kalora menjadi target utama setelah Basri ditangkap Satgas Tinombala.
Ali Kalora lahir di Desa Kalora, Kecamatan Posi Pesisir Utara, Poso.
Istrinya bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel.
Nama Kalora disematkan merujuk pada desa tempat ia dilahirkan.
Sebelum menjadi pimpinan MIT, Ali Kalora merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur.
Setelah kematian Daeng Koro, salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.
Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin MIT.
Peneliti di bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.
Baca juga: Jenazah Ali Kalora akan Dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda Sulteng untuk Identifikasi
Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.
Di sisi lain, Peneliti The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, sempat membeberkan beberapa informasi tentang kelompok Ali Kalora.
Menurut informasi, kelompok Ali Kalora hanya terdiri dari 10 orang, namun mereka memiliki militansi dan daya survival tinggi.
Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu ditambah sokongan logistik dari para simpatisan yang bermukim di bawah pegunungan Poso.
Dikenal Kejam