Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, TUAL – Dinas Kesehatan Kota Tual, Provinsi Maluku, bekerja sama dengan palang merah internasional atau ICRC dan Palang Merah Indonesia (PMI) menyelenggarakan vaksinasi bagi warga selama 4 hari, mulai dari 21-24 September 2021.
Warga desa Ohoitel dan Ohoitahit antusias menyambut penyelenggaraan vaksinasi di Balai Desa.
Namun sejumlah warga awalnya mengaku takut divaksin karena mendengar hoaks bahwa vaksin menimbulkan penyakit baru hingga menyebabkan kematian bagi mereka.
Fatima Renwarin misalnya, warga desa Ohoitel yang mengaku takut pada mulanya karena termakan isu hoaks yang katanya menyebabkan kematian.
“Awalnya kita takut itu ada yang menyampaikan bahwa setelah vaksinasi itu bisa jadi kita meninggal, bisa jadi kita struk segala macam,” ujar Fatima kepada Tribunnews.com, Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Pemerintah Dorong Vaksinasi dan Digitalisasi bagi Pedagang Pasar
Namun setelah mendapat sosialisasi, pada akhirnya guru honorer di SDN Ohoitel itu berani untuk divaksin.
“Kita sempat takut, tapi ada orang yang memberanikan kita dan menyampaikan bahwa vaksin itu biasa saja, ga usah takut. Karena kalau menurut kita tidak vaksin juga (pasti) mati, vaksin juga (nantinya) mati,” ujarnya.
Sejalan dengan Fatima, dua saudaranya yang lain bernama Sufli dan Sumira juga mendengar hoaks yang sama seputar vaksin. Namun pada akhirnya keduanya setuju untuk divaksin.
Ariani, dari desa Ohoitahit juga mengaku takut karena mendengar hoaks yang ia dengar kalau vaksin mengandung bahan yang membuat dirinya sakit.
Namun ia sudah membuktikan kalau vaksin aman baginya, bahkan pada hari ini ia telah menyelesaikan vaksin kedua.
Ibrahim Kadar, warga Ohoitahit juga mengaku juga mendengar isu seputar vaksin yang menyebab sakit hingga kematian.
Namun, mahasiswa sekolah tinggi ilmu hukum Muhammad Taha Tual itu mengaku tidak takut.
Ia berujar sebagai masyarakat Indonesia yang baik seharusnya mendukung program pemerintah untuk mencapai herd immunity.
“Sebagai pelajar kita harus menganalisis berita yang ada (tidak termakan berita hoaks),” ujarnya.