Segudang Manfaat Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Ikhtiar Ketua RT hingga Guru TK
Jaminan sosial ketenagakerjaan dari BPJS Ketenagakerjaan memberikan segudang manfaat bagi peserta dan penerimanya, termasuk di kala duka dan susah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pagi itu, Endang Wahyatmi memulai hari dengan semangat. Ia sudah membayangkan bagaimana malam nanti akan menjadi momen kebahagiaan sederhana bagi keluarganya. Sebuah perayaan kecil untuk ulang tahun putri sulungnya, Aisyiah Diah Pramesti Sekar Pambayun, yang genap berusia 21 tahun pada Juni 2024 lalu.
Namun, takdir berkata lain. Hari istimewa itu berubah menjadi momen duka mendalam yang tak pernah dibayangkan Endang sebelumnya.
"Bapak bilang mau pulang lebih awal. Katanya, setelah semua urusan selesai, kita bisa makan malam bersama," kenang Endang dengan senyum pahit, pada Kamis (14/11/2024).
Ibu dua anak yang tinggal di Mojosongo, Jebres, Solo ini merupakan istri almarhum Jaka Hartana,yang berdedikasi tinggi untuk sebuah kampus swasta di Kota Bengawan.
Endang berkisah tentang saat tak terlupakan pada Juni kala itu, saat suaminya tengah sibuk mempersiapkan acara besar Dies Natalis kampus. Jaka merupakan bagian dari panitia yang kerap bekerja hingga larut malam.
“Bapak baru pulang dari Jatisrono, mendampingi mahasiswa KKN. Beliau bilang sedikit capek, tapi tidak pernah mengeluh serius,” cerita Endang. Hari-hari itu Jaka tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa, meski tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang tak ia hiraukan.
Pada hari ulang tahun putrinya 22 Juni 2024, Jaka sempat pulang sore hari sekitar pukul 17.00 WIB, sebelum kembali ke kampus untuk menghadiri acara doa bersama. Endang mengingatkan suaminya untuk beristirahat, tetapi Jaka hanya tersenyum, meyakinkan istrinya bahwa ia baik-baik saja.
Sekitar pukul 21.30 WIB, di tengah acara doa bersama, Jaka tiba-tiba mengeluh sesak napas. Rekan-rekannya yang berada di lokasi segera memberikan pertolongan pertama menggunakan tabung oksigen. Namun, kondisinya memburuk. Ia dilarikan ke UGD RS Dr. Oen Kandang Sapi Solo yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari kampus, tetapi takdir tak berpihak. Jaka menghembuskan napas terakhirnya malam itu, tepat di hari ulang tahun putri sulungnya.
Saat kabar buruk itu sampai ke rumah, Endang tengah mengisi bensin untuk persiapan perayaan ulang tahun putrinya. Ceritanya, Aisyiah, yang baru berganti pakaian, bersiap menyambut perayaan kecil itu. Namun, segalanya berubah ketika seorang wakil dari kmapusdatang membawa berita.
“Bapak (Jaka) pingsan dan dirawat di RS Dr. Oen,” ujar Endang meniraukan suara orang tersebut.
Endang bergegas ke rumah sakit dengan hati penuh kecemasan. Setibanya di sana, dunia seakan runtuh. Jaka telah tiada. “Rasanya seperti mimpi buruk. Anak-anak kehilangan sosok ayah yang sangat mereka cintai, dan saya kehilangan separuh jiwa saya,” ucap Endang dengan suara lirih.
Baca juga: Pertahankan Angka Kelas Menengah, Menaker Nilai Jaminan Sosial Harus Terus Dikucurkan
Kepergian Jaka tidak hanya meninggalkan luka di hati keluarganya, tetapi juga di hati tetangga, rekan kerja, dan mahasiswa yang pernah dibimbingnya.
Sujarwanti, tetangga sekaligus saudara almarhum, mengenang Jaka sebagai sosok yang humoris dan dermawan. "Beliau sering menambah uang pribadi untuk membeli makanan saat kerja bakti. Kalau mahasiswa KKN datang, beliau suka mengajak bercanda sambil mengajari mereka banyak hal," katanya.
Sebagai Ketua RT selama empat tahun terakhir, Jaka juga dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan warganya. "Saat kerja bakti, beliau tak hanya memimpin, tetapi juga ikut terjun langsung. Bahkan kalau ada kegiatan warga, beliau yang sering paling semangat," tambah Sujarwanti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.