Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNNEWS.COM INDRAMAYU - Aksi premanisme di ladang tebu Pabrik Gula Jatitujuh yang menewaskan dua petani asal Majalengka menjadi perhatian banyak pihak.
Konflik lahan di perbatasan Kabupaten Indramayu dan ajalengka, Jawa Barat tersebut berakhir dengan peristiwa berdarah.
Dua petani asal Majalengka yaitu Yayan dan Suhenda tewas berdarah-darah dikeroyok oleh penggarap asal Indramayu, Senin (4/10/2021) kemarin.
Kapolres Indramayu, AKBP M Lukman Syarif, mengatakan, kejadian berdarah itu dilatarbelakangi oleh para gerombolan preman.
Mereka mengatasnamakan diri ormas Forum Komunikasi Masyarakat Indramayu Selatan (FKamis) dengan menghasut para petani untuk melakukan penyerangan.
Baca juga: Wanitai Hamil 6 Bulan Berusaha Kuat Setelah Suaminya Jadi Korban Konflik Lahan Tebu PG Jatitujuh
Sudah ada 26 orang yang diamankan untuk dimintai keterangan, sebanyak 10 di antaranya merupakan pentolan FKamis.
"Kurang lebih ada 10 orang pentolan-pentolan FKamis dan juga petani penggarap kita amankan juga sebagai saksi," ujar Kapolres.
Salah satu dari orang yang diamankan polisi disebut-sebut adalah anggota DPRD Indramayu. Namun hingga kini belun ada kejelasan mengenai keterlibatannya.
Tidak Sabar
Bupati Indramayu, Nina Agustina, mengutuk aksi premanisme yang melatarbelakangi terjadinya insiden berdarah di lahan tebu PG Jatitujuh di perbatasan Indramayu-Majalengka, Jawa Barat.
Nina Agustina mengatakan, pihaknya mendukung penuh tindakan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas tragedi tersebut.
"Premanisme ini tentunya tidak kita halalkan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Selasa (5/10/2021).
Baca juga: Konflik Lahan Berujung Tragis, Dua Warga Majalengka Tewas Dikeroyok