Pada periode itu, kubah lava yang ada di barat daya juga mengalami sedikit perubahan.
Volume kubah lava barat daya juga meningkatkan dari sebelumnya sebesar 1,55 juta meter kubik pada periode 10-16 September menjadi 1,6 juta meter kubik.
Sedangkan untuk kubah tengah masih sama, yakni sebesar 2,854 juta meter kubik.
Meski jumlah guguran lavanya turun, namun kubah lava barat daya malah bertambah tinggi lebih 1 meter.
Begitu juga dengan vulumenya bertambah 30 ribu meter kubik.
Baca juga: Gunung Merapi Muntahkan Lava Pijar, Arahnya ke Barat Daya
Sedangkan untuk deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di gunung Merapi," kata Kepala BPPTKG Jogjakarta, Hanik Humaida.
Dia menyebut, Aktivitas vulkanik berupa aktivitas erupsi efusif gunung Merapi masih cukup tinggi.
Saat ini status aktivitas ditetapkan dalam tingkat siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas masih mengarah ke sektor Tenggara–Barat Daya.
Di antaranya ke arah sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
"Potensi lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," imbuh dia.
Guguran Sebelumnya
Gunung Merapi kembali luncurkan guguran lava, Minggu (26/9/2021) sekira pukul 00.00 WIB.
Dilansir TribunSolo.com dikutip dari Magma Indonesia guguran lava tersebut mengarah ke Tenggara dan Barat Daya tepatnya ke arah 2 Km Sungai Woro serta 5 Km ke arah Sungai Gendong, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida membenarkan hal tersebut dan mengaku guguran lava tidak terlihat karena kabut menyelimuti sekitar area guguran.
"Guguran tidak teramati, tertutup kabut," kata Hanik kepada TribunSolo.com Minggu (26/9/2021).
Hanik mengaku akibat guguran lava tersebut tidak membuat gempa vulkanik terasa oleh penduduk.
"Tidak ada gempa terasa. Gempa vulkanik gempa skala kecil yang tidak terasa," jelasnya.
"Apalagi erupsi yang sifat efusif atau lelehan seperti itu," aku Hanik.
Hanik juga menjelaskan guguran lava masih jauh dari pemukiman penduduk karena jarak luncurnya terbilang kecil.
"Masih jauh dari penduduk, jarak luncur sekitar 2000 m," jelas Hanik.
Meskipun demikian warga diimbau menjauhi daerah potensi bahaya karena status Gunung Merapi adalah Level III atau Siaga.
Magma Indonesia mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Serta pelaku wisata direkomendasikan tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Sepekan Guguran Lava Merapi Lebih Sedikit, Tapi Tinggi Kubah Lava Tengah Bertambah 4 Meter