News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KLM Firman Jaya Tenggelam di Perairan Karimun, Nakhoda & 4 ABK Selamat

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses evakuasi awak Kapal Motor (KLM) Firman Jaya yang tenggelam di perairan Karimun, Kepri, Jumat (12/11). Kapal bermuatan 180 ton kelapa asal Sungai Guntung, Riau ini rencananya berlayar dengan tujuan Batu Pahat Malaysia.

“Iya angin dan gelombang memang tinggi hari ini. Tadi saya bawa penumpang dan luar biasa gelombangnya," kata seorang pengemudi speedboat di Pelabuhan Matak, Herman.

Saat itu ia hendak membawa penumpangnya ke Tarempa, Kecamatan Siantan.

Baca juga: Hanyut Bersama Suami, Rusmiati Ditemukan Tak Bernyawa Berjarak 1,5 Kilometer dari Awal Tenggelam

Di tengah laut, speedboat yang dikemudikannya hampir patah haluan akibat dihantam gelombang tinggi.

Situasi itu membuat penumpang yang diangkutnya berteriak ketakutan.

"Alhamdulillah saya bisa kendalikan kemudi dan penumpang bisa selamat sampai Pelabuhan Pemda di Tarempa," ucapnya.

Di sisi lain, melihat kondisi cuaca yang kurang bersahabat, sejumlah pengemudi speedboat tidak berani berlayar mengantar penumpang.

Para penumpang yang akan berangkat menuju Tarempa pun, terpaksa menunda keberangkatan karena melihat kondisi gelombang yang sangat tinggi.

Seperti yang dialami Deni (20). Warga Matak yang ingin ke Tarempa ini menunda keberangkatannya karena speedboat tidak jalan dan ia pun jadi takut untuk berangkat.

"Tadi mau berangkat pakai speedboat, ternyata speed tidak jalan. Katanya yang punya speed tidak berani kalau cuaca masih seperti ini," kata Deni.

Diketahui, speedboat atau pompong memang menjadi transportasi andalan bagi masyarakat pulau di Anambas.

Pasalnya, wilayah ini dipisahkan oleh laut, dan mengharuskan masyarakat menggunakan transportasi laut untuk bepergian.

Saat memasuki musim angin kencang dan gelombang tinggi, para pengemudi transportasi laut tidak berani berlayar.

Mereka akan mengetahui situasi angin kencang dan gelombang tinggi dengan melihat pohon kelapa.

Metode itu sudah diterapkan nelayan dan pengemudi pompong sejak zaman dahulu dan diturunkan kepada penerusnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini