News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Banten

BMKG Ungkap Alasan Terjadinya 33 Kali Gempa Susulan di Selat Sunda, Sebut karena Fase Penstabilan

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi dampak gempa Banten| Rumah terdampak pascabencana gempabumi M 6,6 yang terjadi di Kabupaten Pandeglang, Banten, Jumat (14/1/2022).

TRIBUNNEWS.COM - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memberikan penjelasannya terkait terjadinya gempa susulan sebanyak 33 kali yang berpusat di Selat Sunda sejak Jumat (14/1/2022) hingga Sabtu (15/1/2022) siang.

Diketahui sebelumnya, gempa pertama telah mengguncang Selat Sunda dengan magnitudo 6,6 pada Jumat (14/1/2022).

Menurut Dwikorita, gempa susulan yang mencapai 33 kali ini disebabkan adanya proses penstabilan bagi pergerakan lempeng.

Karena sebelumnya telah terkadi pergerakan lempeng dengan energi yang cukup besar, yakni 6,6 magnitudo.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat menyampaikan hasil prediksi BMKG terkait prakiraan cuaca musim hujan di Indonesia secara daring, Kamis (26/8/2021). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Baca juga: Ahli Ingatkan Mitigasi Bencana, Gempa Banten M 6,6 Jadi Alarm untuk Selalu Waspada

Sehingga butuh proses bagi lempeng tersebut untuk melepaskan sisa-sisa energi menuju equilibrium atau kestabilan.

"Setiap terjadinya pelepasan energi saat terjadi pergerakan bentukan lempeng, di situ karena energi yang terlepas ini cukup besar, kemarin adalah 6,6, masih ada proses untuk menstabilkan kembali."

"Begitu bergerak, jadi ada fase menuju ke equilibrium atau kestabilan. Nah itu ada sisa-sisa energi yang terlepas," kata Dwikorita dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Minggu (16/1/2022).

Dwikorita pun menggambarkan pergerakan lempeng ini ibarat manusia yang tengah berlari kencang.

Baca juga: Pemprov Banten Minta Jajarannya Segera Bantu Warga Terdampak Gempa

Biasanya setelah berlari kencang, energi manusia tidak akan langsung habis dan selanjutnya merasa terengah-engah.

Kondisi terengah-engah ini lah yang kemudian dimanifestasikan dalam sistem gempa ke bentuk gempa-gempa susulan.

"Ibaratnya manusia kalau habis kerja keras ini ya, itu kan tidak langsung energinya habis. Misalnya habis lari kencang masih terengah-engah."

"Nah terengah-engah itulah dalam sistem gempa bumi ini yang dimanifestasikan dalam bentuk gempa-gempa susulan," terang Dwikorita.

Baca juga: Terkait Gempa di Banten, Pakar Gempa ITB Sebut Bisa Jadi Alarm Potensi Gempa

Meski demikian, Dwikorita menegaskan gempa susulan yang terjadi kekuatannya semakin melemah.

Berdasarkan catatan BMKG, gempa susulan terbersar berkekuatan 5,7 magnitudo dan yang terkecil 2,5 magnitudo.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini