TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng Gianto angkat bicara membantah kabar masyarakatnya jatuh miskin setelah setahun menerima uang ganti rugi pembebasan lahan kilang minyak Pertamina GRR Tuban.
Menurut Gianto masyarakat Desa Sumurgeneg sekarang justru semakin sejahtera setelah menerima uang ganti rugi yang jumlahnya mencapai miliaran tersebut.
"Kalau pemberitaan di media soal kampung Sumurgeneg sudah tidak lagi punya uang dan jatuh miskin saya pikir tidak seperti itu dan itu tidak benar," tegas Gianto, Senin (31/1/2022).
Gianto menjelaskan, warga Desa Sumurgeneng Kecamatan Jenu yang mendapat penggantian tersebut, justru bertambah makmur.
Pasalnya, setelah menerima uang, warga menggunakan untuk membeli tanah yang lebih luas, di luar desa Sumurgeneng.
“Karena lahan di desa terbatas, akhirnya beli di luar desa. Misal kemarin punya 1 hektar, sekarang mereka punya 2 sampai 4 hektar. Jadi bisa dua kali lipat. Masih ada sisa uang,” kata Gianto menjelaskan. “Sisanya buat beli rumah, bayar utang, atau beli mobil,” kata dia menambahkan.
Di sisi lain, Gianto juga membantah, banyak warga di Sumurgeneng menjadi pengangguran usai melepas lahan mereka.
Menurutnya, pemberitaan terkait hal itu kurang pas dengan kondisi aktual di daerahnya.
Saat ini, kata Gianto, proses penyerapan warga untuk bekerja di Pertamina masih terus berlangsung.
Untuk Desa Sumurgeneng misalnya, setidaknya saat ini terdapat 67 warga desa yang bekerja di Pertamina Rosneft.
“Jadi, yang kemarin masuk media. Itu ada orang agak tua umur 60 tahun, bukan warga saya, dan demonya itu kemaren itu kurang pas kalau judulnya seperti itu,” ujar Gianto.
Kaya mendadak
Masih segar dalam ingatan, saat pembebasan lahan Pertamina Grass Root Refinery (GRR) Tuban setahun lalu, sebagian besar warga pemilik lahan di Desa Sumurgeneng, Wadung dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, menjadi jutawan dadakan dari uang kompensasi yang besar.
Tetapi itu setahun lalu.
Baca juga: Kronologi Truk Tabrak 3 Kendaraan Lain di Tuban, Gara-Gara Rem Blong hingga Menewaskan Satu Orang
Sekarang warga yang tak punya pekerjaan harus bertahan hidup, bahkan sampai menjual sapi.
Salah satunya seperti dikisahkan Warsono (44), warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu. Warsono menjual satu dari lima ekor sapi peliharannya hanya agar bisa bertahan hidup.
Pasalnya, ia sudah tidak lagi bekerja sebagai petani yang setiap hari bisa diharapkan untuk mendapatkan rupiah.
"Sudah satu sapi saya jual," kata Warsono ditemui di lahan kosong, Selasa (25/1/2022).
Sebagian artikel tayang di Tribun Jatim.com: Akhirnya Kades Kampung Miliarder Tuban Kuak Penyebab Asli Warga Jatuh Miskin, Ada Fakta Sebaliknya