Ia pun spesifik pada prodi yang ia kuasai maupun mata kuliah umum yang pernah ia tempuh dan tak semua tawaran tugas bisa ia kerjakan.
"Kalo berdasarkan yang saya tahu, di Twitter banderol murah karena tugas cuma copy-paste dari tugas lain.
Yang mirip-mirip tempel-tempelkan.
Kadang nggak nyambung antara tugas dan jawaban. Beberapa yang pernah cerita sama saya, untuk mereka yang penting bisa mengumpulkan nilai untuk kewajiban aja," tambahnya.
Kipli mengaku cukup pilah-pilih dalam mengerjakan tugas, tidak selalu tawaran ia terima, terlebih beberapa bulan lalu ia sedang fokus menyelesaikan skripsi dan tugas akhir.
Untuk klien atau konsumen jasanya, Kipli mengaku kebanyakan berasal dari universitas selain almamaternya.
Untuk durasi pengerjaan tugas, biasanya 2 hari.
Prof. Dr. Totok Prasetyo, B.Eng., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang (Polines) mengaku prihatin dengan fenomena jasa joki tugas.
Baca juga: Ganjar Pranowo Memberi Beri Peringatan Keras ke Pelaku Joki Vaksin di Semarang
Meskipun ia melihat jasa joki tugas ini karena faktor penawaran dan permintaan namun aktivitas ini akhirnya membentuk generasi muda yang berlaku tidak jujur.
"Saat ini tengah terjadi perang di dunia pendidikan dengan pelemahan pendidikan.
Para sarjana menjadi tidak jujur dan hal ini bisa menjadi musibah bagi negara," ungkapnya.
Sebagai pemimpin perguruan tinggi, ia ingin bisa memberantas upaya pelemahan pendidikan dengan meminta mahasiswa berlaku jujur dan meminta mereka belajar dengan tekun untuk mengejar cita-cita.
Baginya bangku kuliah menjadi momen belajar dengan teori dan praktik yang kemungkinan terserap hanya 20 persen, sementara sisanya 80 persen merupakan pengembanagan kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Hal inilah yang tidak bisa diperoleh oleh mahasiswa bila hanya mengejar nilai karena butuh tempaan pengalaman.