TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI- Biasanya sebuah wilayah biasanya lekat dengan benda atau tokoh tertentu, seperti nama Majapahit yang diambil dari buah Mojo yang banyak ditemukan di hutan Tarik yang dibuka untuk pembangunan keraton oleh Raden Wijaya.
Di Boyolali ada juga nama Kampung yang diambil dari benda yang terdapat di situ yakni kampung Watu Telenan yang secara administratif masuk wilayah Kelurahan Pulisen, Boyolali Kota.
Nama Watu Telenan itu diambil dari lempengan batu besar dengan permukaan datar menyerupai sebuah telenan (salah satu perkakas dapur yang dipakai sebagai landasan dalam memotong-motong bahan masakan). red.
Batu besar berukuran sektar 1,5 X,15 meter yang ada di pekarangan rumah almarhum H Makruf itupun kemudian diambil untuk menamai perkampungan tersebut.
Saat ini, batu tersebut masih bisa dijumpai berada di samping pagar rumah warga.
Agar tak masuk ke dalam pekarangan rumah, pemilik rumah nampaknya sengaja membangun pagar dengan model U.
Baca juga: KKP Kembangkan Boyolali Jadi Kampung Perikanan Budidaya Lele
Dengan begitu letak batu menjadi di luar pagar pekarangan.
Batu besar itu terlihat cantik dengan adanya tanaman dan kolam ikan yang ada disamping batu tersebut.
Ngalimul Mustofa warga setempat menyatakan batu tersebut sudah ada sejak dulu, jauh sebelum kawasan itu berkembang menjadi areal perkampungan warga.
Dia memperkirakan usianya sudah ratusan tahun.
Bahkan sejak dia kecil, batu besar dengan permukaan datar itu sudah ada dan tak pernah dipindah-pindah.
“Sejak saya lahir, batu itu sudah ada,” ujarnya.
Gatot Sugeng Budi Anto, warga lain yang lebih senior mengatakan hal senada.
Dia menyebut menurut cerita yang beredar, di kawasan terebut sebelumnya merupakan hutan.
Seiring berjalannya waktu, hutan lebat itu pun berubah menjadi kawasan pemukiman penduduk.
“Dan kemudian menjadi perkampungan yang padat karena masuk kawasan Boyolali Kota.
Kampung itupun namanya sesuai julukan batu yaitu Watu Telenan,”
Dia menambahkan saat itu posisi batu berada di dalam pekarangan H Ma’ruf.
Baca juga: Kawasan Dieng Dilanda Banjir, Berasal dari Luapan Air Hujan Selokan dan Aliran Air dari Gunung
Namun setelah pekarangan dibagi dan dibuat jalan tembus di kampung tersebut maka posisi batu pun berada di pinggir jalan.
Pagar pekarangan dibuat model U, sehingga letak batu menjadi di luar pagar pekarangan.
“Warga sengaja tidak mengambil atau memindahkan batu tersebut.
Karena merupakan identitas cikal bakal Kampung Watutelenan,” pungkasnya. (Tribun Jateng/Galih Permadi)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sejarah Lempengan Batu Besar di Kampung Watu Telenan Boyolali