TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Kreativitasnya dalam membuat dekorasi dari anyaman dari daun kelapa, membuat I Made Adi Dharma Krisna Angga (24) bisa menciptakan lapangan kerja untuk sejumlah warga terdampak pandemi Covid-19.
Usaha yang digeluti sarjana pendidikan asal Banjar Pekandelan, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar tersebut, banyak diminati oleh masyarakat.
Hanya saja, pesanan biasanya mengalir saat hari-hari tertentu. Sebab dekorasi anyaman biasanya digunakan untuk hiasan upacara keagamaan Hindu.
Kepada wartawan, Angga mengatakan, usaha dekorasi anyaman ini dijalankan sejak pandemi Covid-19. Namun pengalamannya membuat dekorasi dari anyaman ini terjadi pada 2017 lalu. Saat itu ia membuat dekorasi anyaman untuk upacara piodalan di rumahnya.
"Awalnya saya membuat dekorasi saat ada upacara piodalan di rumah tahun 2017. Waktu itu, iseng-iseng saja," ujarnya.
Angga tak menyangka bahwa hasil anyamannya mendapatkan apresiasi dari keluarganya. Dan, dia sendiri juga merasa puas akan hasil karyanya.
Ia pun semakin percaya diri, karena kerap mendapatkan permintaan membuat dekorasi anyaman untuk acara pernikahan dari rumah ke rumah.
Supaya hasil karyanya lebih maksimal, Angga dalam membuat dekorasi bekerjasama dengan seniman patung dan ukiran yang dikenalnya.
Dan ia pun tak menyangka saat ini membuat dekorasi menjadi usaha. Dan kini ia pun bisa mempekerjakan tujuh orang.
Meskipun permintaan terus mengalir, Angga mengatakan, saat ini usahanya terus berproses. Sebab, kata dia, dekorasi merupakan seni yang terus berkembang mengikuti zaman. Karena itu, ia pun tak pernah berhenti belajar.
"Terus berkarya mengikuti tren dan permintaan klien. Kami optimistis jasa dekorasi ini akan berkembang, karena sifatnya fleksibel dan dituntut semakin kreatif. Ciri khas dekorasi kami, menampilkan patung Condong dari Tarian Legong Keraton," ujarnya.
Lalu, berapa biaya yang dipatoknya dalam membuat dekorasi di satu rumah, Angga tidak mengatakan secara gamblang. "Harga masih bisa dibicarakan," ujarnya lalu tersenyum.
Terkait bahan dekorasinya, Angga mengatakan, mengikuti anjuran pemerintah, yakni meminimalkan penggunaan styrofoam. Dalam hal ini ia hanya mengutamakan bahan alami. Mulai dari janur, slepan, bunga dan sejenisnya.
"Untuk bahan kami upayakan alami, tapi sewaktu-waktu ada kombinasi," jelasnya.
Dia menjelaskan, permintaan membuat dekorasi biasanya paling banyak saat hari baik menikah. "Ada musimnya, jadi pas hari H bisa mengerjakan di beberapa tempat. Kalau lagi nggak musim nganten (pernikahan). Tapi kalau lagi nggak ada musim, saya fokus di usaha konveksi. Biasanya ada saja pesanan," ujarnya. (i wayan eri gunarta)
Baca juga: Singapore Airlines Datang ke Bali 16 Februari Bawa 70 Orang Turis Asing