TRIBUNNEWS.COM - Sri Wahyuni (35), menjadi korban tewas dalam ritual maut di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022).
Turut menjadi korban suami Sri Wahyuni, Syaiful Bahri (40).
Keduanya merupakan warga Desa/Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.
Belakangan diketahui, mereka sudah tiga kali mengikuti ritual tersebut bersama padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara.
Sebelum insiden nahas itu terjadi, Sri Wahyuni sempat mengatakan hal tak biasa dan bermimpi melihat keranda.
Hal itu disampaikan Painah, mertua korban.
Baca juga: Brigadir Polisi Tewas dalam Ritual di Pantai Payangan, sang Istri Ungkap Percakapan Terakhir Suami
Mengutip Surya, sehari sebelum kejadian, Painah sempat ngobrol dengan menantunya, Sri Wahyuni.
Saat itu, Sri Wahyuni sedang membersihkan rumah.
Kepada mertuanya, ia mengatakan rumahnya akan banyak tamu karena teman-temannya akan mengaji di rumah.
"Kemarin ia kan bersih-bersih rumah, saya tanya mengapa bersih-bersih rumah."
"Ia menjawab kalau akan ada banyak tamu ke rumahnya. Katanya, teman-temannya mau mengaji di rumah," kata Painah saat ditemui di rumahnya, Minggu.
Tak hanya itu, Sri Wahyuni juga menceritakan mimpinya kepada Painah.
Baca juga: Profil Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang Gelar Ritual di Pantai, Berujung 11 Orang Tewas
Baca juga: SOSOK Bripda Febriyan Duwi, Polisi Jadi Korban Tewas Insiden Ritual Maut di Pantai Payangan Jember
Dalam mimpinya, Sri Wahyuni mengaku melihat orang membawa keranda jenazah di samping rumahnya.
"Mungkin itu jadi firasat menantu saya, ternyata kejadiannya begini," ungkap dia.
Painah dan suaminya, Maid tidak mengetahui soal keterlibatan anak dan menantunya dalam kelompok Jamaah Tunggal Jati Nusantara.
Sebab, kata Painah, keduanya tidak pernah bercerita tentang kegiatan di kelompok tersebut.
"Ya katanya pengajian, kami tidak tahu apa-apa," terangnya.
Sudah Tiga Kali Ikut Ritual
Fakta soal keikutsertaan Sri Wahyuni dan suaminya mengikuti padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara diungkap anak sulung mereka, SAM (15).
SAM mengatakan, awalnya ayah dan ibunya datang ke pengajian kelompok tersebut sampai akhirnya mengikuti ritual di Pantai Payangan.
Ia mengatakan, orangtuanya baru dua bulan terakhir mengikuti pengajian kelompok tersebut.
Selama itu, ayah dan ibunya sudah tiga kali mengikuti ritual yang diselenggarakan di Pantai Payangan.
"Ritualnya ada ke Pantai Payangan, ada juga ke pegunungan."
"Kalau ritual di Pantai Payangan, ayah sudah ikut tiga kali, yang kedua sekitar 10 hari lalu," ujarnya, seperti dilansir Tribun Jatim.
Baca juga: Saksi Hidup Ritual Maut di Pantai Payangan Jember: Kami Dihantam Ombak Besar saat Meditasi
SAM dan dua adiknya yang cukup besar secara bergantian dibawa ikut ke pengajian kelompok tersebut.
Pengajian biasanya diadakan di rumah Ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara, Nurhasan di Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Jember.
"Kadang yang di Abah, dekat rumah," ujar SAM sambil menyebut salah satu tetangganya.
SAM menjelaskan, saat mengikuti ritual tersebut, semua anggota mengenakan kaus hitam berlogo dan bertuliskan nama kelompok Tunggal Jati.
Masih dikatakan SAM, saat berada di tepi pantai, mereka berdiri menghadap ke laut dengan lengan saling bergandengan, kemudian mereka duduk.
Baca juga: Pasutri Jadi Korban Tewas Ritual Maut, Bermula dari Pengajian, Sudah 3 Kali Ikut Ritual & Bawa Anak
Dalam ritualnya, mereka membaca sejumlah bacaan seperti syahadat, dan surat-surat pendek.
Selain itu, mereka juga membaca bacaan dalam bahasa Jawa.
SAM menyebut, ritual itu seakan memanggil ombak.
"Jadi dari ombaknya kecil sampai besar. Tubuh memang harus terkena ombak, ritual berakhir dengan mandi di laut," bebernya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Firasat Sebelum Wafat Bersama Suami, Sri Wahyuni Bersihkan Rumah dan Bermimpi Lihat Keranda Jenazah
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pilu, Remaja di Jember Ceritakan Orang Tuanya Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan: Kliwon
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJatim.com/Surya.co.id/Sri Wahyunik)