Hal ini disebabkan banyaknya jalan tikus menuju pendakian serta minimnya jumlah petugas jaga.
"Sejauh ini tidak ada pengawasan, karena memang aktivitas pendakiannya belum dibuka," jelasnya.
Atas kondisi tersebut, pihaknya akan berupaya menambah jumlah personel jaga setelah aktivitas pendakian kembali dibuka.
Rencananya ia akan bekerja sama dengan BKSDA, Polsek Kintamani, Kodim serta Forum Pemandu Pendakian Gunung Batur (FP2GB) untuk menjaga pendakian.
"Sekarang baru ada empat orang yang berjaga di pos Bukit Payang hanya empat orang. Kalau idealnya 5 sampai 10 orang. Rencananya setelah buka nanti, jaga akan dimulai pukul 02.00 Wita."
"Pendakian pun juga hanya diizinkan dari dua titik saja, yakni dari FP2GB dan Toya Bungkah," tandasnya.
Dalam setiap aktivitas pendakian pihaknya selalu memberi imbauan lisan bagi para pendaki. Tanda-tanda larangan juga sudah terpasang.
"Jadi pendaki yang sedang berhalangan, cuntaka, dan sebagainya tidak boleh naik. Termasuk imbauan agar tidak buang sampah sembarangan, merokok, menghidupkan api unggun, semua sudah kita sampaikan."
"Di sisi lain kita yang di bawah kan tidak tahu apakah orang tersebut cuntaka, atau berhalangan. Di sinilah dibutuhkan kejujuran dari masing-masing pendaki."
"Titiang juga berharap agar wisatawan asing maupun domestik ikut bersama-sama menjaga kelestarian Gunung Batur," tandasnya.
Terjatuh dari Ketinggian 15 Meter
Sebelumnya, Robert Evans, WNA asal California Amerika Serikat meninggal usai terjatuh dari ketinggian 15 meter saat melakukan pendakian di Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali.
Salah satu perwakilan anggota Forum Pemandu Pendakian Gunung Batur (FP2GB), Jero Kamu Darsana saat ditemui di kamar jenazah RSU Bangli mengungkapkan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (8/5/2022).
Robert bersama temannya sesama WNA hendak mendaki pukul 03.30 Wita.
Baca juga: Mendadak Tersungkur, Turis Asal AS Tewas di Gunung Batur, Diduga Serangan Jantung