TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi berkekuatan M 5,8 SR yang mengguncang Mamuju, Sulawesi Barat pada Rabu (8/6/2022) siang, telah menyebabkan kerusakan beberapa bangunan.
Tak hanya itu, sebanyak 17 warga mengalami luka-luka akibat gempa yang berlokasi di laut pada jarak 26 kilometer arah barat Tapalang Barat, Mamuju, Sulawesi Barat itu.
Laporan BNPB, atas kejadian itu, kurang lebih 7.650 warga Kabupaten Majene mengungsi.
Banyak masyarakat yang panik pasca kejadian gempa M5,8 pada kedalaman 10 km itu.
Bahkan, pada malam harinya banyak masyarakat Mamuju yang mendirikan tenda darurat menggunakan terpal berwana biru dan oranye di beberapa titik tak jauh dari permukiman mereka.
Tak hanya itu, muncul pula isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya terkait ramalan gempa Mamuju.
Baca juga: Gempa Bumi M 5.8 Mamuju Tak Berpotensi Tsunami: Warga Diharapkan Tidak Panik
Baca juga: 40.000 Warga Mengungsi Akibat Gempa Bumi di Mamuju Sulawesi Barat
Penjelasan BMKG
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan gempa tersebut dipastikan tidak berpotensi tsunami.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menerangkan setidaknya ada sembilan gempa merusak yang pernah melanda pesisir Sulbar.
Gempa merusak yang terakhir sebelumnya pernah terjadi pada 15 Januari 2021, kala itu dengan kekuatan M 6,2 SR.
Menurut Daryono, wilayah pesisir Sulawesi Barat memang menjadi salah satu kawasan yang paling aktif aktivitas gempa destruktif di Sulawesi.
Gempa Mamuju M 5,8 yang teradi pada 8 Juni 2022 memiliki mekanisme sumber sesar geser (strike slip) sehingga tidak dipicu sumber gempa Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust).
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi Mamuju Mag. 5,8 yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di lepas pantai Mamuju.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa Mamuju pada Rabu (9/6/2022) tidak berpotensi tsunami.
"Patut disyukuri bahwa hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa Mamuju tadi siang tidak berpotensi tsunami karena disamping mekanismenya geser juga karena magnitudonya yang belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi yang dapat mengganggu kolom air laut," ungkap Daryono melalui unggahan Twitter @DaryonoBMKG.
Baca juga: Gempa di Sulawesi Barat, AirNav: Operasional Penerbangan Bandara Tampa Padang Berjalan Normal
Baca juga: Kepala BNPB Sampaikan Tujuh Rekomendasi Terkait Kebencanaan di GPDRR
Daryono menyampaikan, Gempa Mamuju ini memiliki karakteristik “lack of aftershocks” atau miskin gempa susulan.
Hingga Kamis pagi, hanya ada empat gempa susulan dengan kekuatan gempa kurang dari M 5,0.
"Hasil monitoring BMKG hingga pagi ini Kamis 9 Juni 2022, gempa susulan (aftershocks) Mamuju M5,8 telah terjadi 4 kali:
1. Mag. 2,7 8-Jun-22 14.18 WITA
2. Mag. 2,9 8-Jun-22 16.50 WITA
3. Mag. 4,8 8-Jun-22 20.47 WITA
4. Mag. 4,2 9-Jun-22 01.42 WITA," jelas Daryono pada Kamis (9/6/2022) pagi.
Pihanyaknya pun mengingatkan masyarakat agar tak percaya pada ramalan gempa yang akan terjadi di Mamuju hingga kekuatan M6,0.
Ia menegaskan, hingga saat ini belum ada sains dan teknologi yang mampu memprediksi dengan akurat kapan gempa akan terjadi.
"Kpd saudara-saudara saya di Mamuju dan sekitarnya mhn dgn sangat JANGAN PERNAH PERCAYA ramalan gempa yg akan terjadi di Mamuju sekitar Mag 6,0. Jgn pernah percaya dgn peramal gempa. Hingga saat ini blm ada sains & teknologi yg mampu meprediksi dgn akurat kapan gempa akan terjadi," jelasnya.
9 Gempa Merusak dan Tsunami di Pesisir Sulbar
- 23 Des 1915 (M-)
- 11 April 1967 (M6,3) Tsunami
- 23 Feb 1969 (M6,9) Tsunami
- 6 Sep 1972 (M5,8) Tsunami
- 8 Jan 1984 (M6,7)
- 7 Nov 2020 (M5,3)
- 14 Jan 2021 (M5,9)
- 15 Jan 2021 (M6,2)
- 8 Juni 2022 (5,9)
(Tribunnews.com/Tio)