TRIBUNNEWS.COM - Ada cerita tentang Sumaryadi di balik kecelakaan bus rombongan guru SD Negeri Sayang Sumedang yang jatuh ke jurang di Tasikmalaya.
Sumaryadi (55), merupakan satu-satunya guru SD Negeri Sayang yang batal berangkat naik bus nahas tersebut.
Kepada wartawan, Sumaryadi mengaku tidak ada firasat apapun sehingga dirinya batal berangkat.
Ia mengaku hanya muncul rasa malas hingga akhirnya ia memutuskan tidak berangkat bersama guru-guru lainnya.
"Saya tidak mimpi apapun, tidak ada firasat apapun yang membuat saya tidak ikut. Tetapi sesaat sebelum berangkat, kok, saya sangat malas. Kurang bersemangat untuk bepergian," kata Sumaryadi saat diwawancarai TribunJabar.id, di SD Negeri Sayang, di pinggir Markas Brimob Polda Jabar, Sabtu siang.
Baca juga: Pengakuan Sopir Bus yang Alami Kecelakaan Maut di Tasikmalaya, Akui Tertidur Beberapa Detik
Bus rombongan guru-guru SD Negeri Sayang dan keluarga terperosok ke jurang sedalam 10 meter.
Tiga orang tewas dalam kecelakaan ini, sisanya luka ringan hingga berat.
Data dari kepolisian menyebutkan evakuasi korban telah dilakukan.
Korban yang selamat dari maut dirawat di beberapa tempat seperti puskemas hingga rumah sakit.
Sumaryadi mengatakan, kondisi istrinya yang tiba-tiba sakit membuatnya semakin yakin untuk tidak berangkat ke Pangandaran, meski dia sudah berkemas membawa pakaian ganti dan makanan.
"Istri nyuruh saya pergi, tapi masa saya bersenang-senang istri saya sakit di rumah," katanya.
Dia mengatakan sebanyak sekitar 55 orang anggota rombongan itu merupakan guru-guru yang masih aktif dengan keluarganya, juga ada guru-guru yang baru saja pensiun.
"Kami sangat berduka. Kami berdoa semoga yang meninggal dunia diterima iman, islam, dan ihsannya. Yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan," katanya.
Rombongan itu rencananya akan menghabiskan waktu dua hari di Pangandaran.