News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

FAKTA Guru Ngaji Cabuli 7 Santri di Banjarnegara: Sudah Beristri dan Nafsu saat Lihat Anak Ganteng

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SAW, guru ngaji yang mencabuli 7 santrinya di Banjarnegara. Tersangka diketahui sudah memiliki istri dan anak. SAW juga mengaku nafsu saat melihat anak yang ganteng dan berkulit putih.

TRIBUNNEWS.COM - Kasus oknum guru ngaji cabuli santrinya sendiri terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Dilaporkan yang menjadi pelaku pencabulan berinisial SAW alias JS (32).

Ia tercatat sebagai warga Desa Banjarmangu, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara.

Sementara korban pencabulan pelaku berjumlah tujuh santri yang semuanya laki-laki.

Berikut fakta-fakta kasus guru ngaji cabuli tujuh santrinya di Banjarnegara dirangkum Tribunnews.com, Kamis (1/9/2022):

Awal terbongkar

Baca juga: FAKTA Pelecehkan Sesama Jenis Oknum Jaksa di Jombang, Digerebek di Hotel, 4 Remaja Putra Jadi Korban

Dihimpun dari akun Instagram resmi Polres Banjarnegara, kasus mulai terbongkar saat seorang korban berinisial AG (15) bercerita kepada gurunya yang lain.

Ia mengaku telah dilecehkan oleh SAW beberapa waktu lalu.

AG berani bercerita saat pelaku pulang ke Aceh untuk menemani sang istri melahirkan.

Kasus ini lantas dilaporkan ke polisi.

Hingga akhirnya SAW berhasil diringkus untuk mempertanggungjawabkan perbuatan bejatnya.

SAW ditangkap di rumahnya pada 25 Agustus 2022 kemarin, sekitar pukul 11.00 WIB.

Ada 7 korban

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto SIK, MH saat membeberkan kasus guru ngaji cabuli 7 santrinya di Kabupaten Banjarnegara pada Rabu (31/8/2022) kemarin.

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto SIK MH membenarkan kasus pencabulan yang dilakukan oleh SAW.

Berdasarkan pendalaman polisi, hingga saat ini sudah ada 7 korban.

Ada 6 di antaranya yang sudah berani melapor dan dimintai keterangan.

Baca juga: Dukun Cabul di Bandung Lecehkan Bocah Perempuan: Pelaku Berdalih Temukan Jenglot

Identitas mereka adalah AG (15), HA (13), NN (15), FN (13), MS (13), dan MA (15).

"Namun yang dilakukan interogasi baru enam anak, ini bisa dikembangkan lagi nantinya pada saat pemeriksaan lanjutan," beber Hendri, dikutip dari keterangan yang diunggah Instagram @polresbanjarnegara.

Sementara modus pelaku dengan meminta para korban datang ke rumahnya.

Hendri mengatakan, para korban dicabuli sebanyak 4 kali sejak bulan November tahun 2021.

Pelaku punya kelainan

Hendri melanjutkan penjelasannya, SAW diketahui memiliki kelainan orientasi seksual.

Meskipun sudah punya istri, pelaku mengaku kepada petugas kepolisian tertarik kepada santrinya yang memiliki wajah ganteng dan berkulit putih.

"(Pelaku) mempunyai kelainan seksual, nafsu melihat anak yang kulitnya putih, bersih dan ganteng," urai Hendri.

Baca juga: Ingin Pintar dan Menang Lomba, Seorang Pelajar di Salatiga Malah Diperdaya Dukun Cabul

Kini SAW telah ditetapkan sebagai tersangka.

Ia dijerat pasal Pasal 82 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Anak dan atau Pasal 292 KUHP.

Untuk ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara ditambah 1/3 karena tersangka merupakan tenaga pendidik.

Ponpes tidak terdaftar

SAW, guru ngaji yang tega cabuli 7 santrinya saat diamankan oleh pihak kepolisian.

Fakta lain terungkap, pondok pesantren tempat tersanga mengajar ternyata tidak terdaftar di Kementerian Agama (Kemenag) Banjarnegara.

Hendri menjelaskan, sebetulnya tempat mengaji tersebut tidak bisa disebut ponpes, melainkan sebuah yayasan.

SAW bertugas sebagai guru sekaligus ketua yayasan.

Baca juga: Akhir Pelarian Guru Ngaji Cabul di Penjaringan, Kini Terancam 15 Tahun Penjara

"Jadi bukan ponpes tetapi yayasan di Desa Banjarmangu."

"Di yayasan ini ada proses belajar mengajar ala pesantren, ada santrinya dan ustaznya, cuma legalitasnya belum ada dari Kemenag," kata Hendri, dikutip dari Kompas.com.

Hendri juga melaporkan, yayasan yang dikelola SAW memiliki tempat mengaji di 3 lokasi berbeda.

Semuanya tersebar di Kecamatan Banjarmangu, Punggelan, dan Wanadadi.

Yayaysan sudah berdiri sejak tiga tahun lamanya dengan jumlah santri sekitar 200 orang.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(Kompas.com/Fadlan Mukhtar Zain)

Berita lainnya seputar kasus pencabulan santri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini