TRIBUNNEWS.COM - AM (33), guru agama di sebuah SMP Negeri di Kabupaten Batang, Jawa Tengah tega berbuat asusila kepada puluhan siswinya.
Jumlah korban yang sementara sudah teridentifikasi mencapai 45 orang.
Dari jumlah tersebut, 10 orang dirudapaksa dan 35 lainnya dicabuli oleh AM.
Perbuatan asusila itu dilakukan pelaku sejak tahun 2020 hingga Agustus 2022.
Sampai saat ini, Polda Jateng masih melakukan penyelidikan di beberapa sekolah lain, sebelum pelaku mengajar di Kabupaten Batang.
Diketahui, sebelumnya, pelaku pernah mengajar di SD dan SMP di luar Kabupaten Batang, namun belum ada laporan.
Baca juga: Guru SMP di Batang Rudapaksa 10 Siswi dan Cabuli 35 Lainnya, Beraksi Dalam Kelas, Modusnya Terungkap
1. Korban Capai 45 Orang
Mengutip Kompas.com, jumlah korban kejahatan seksual yang dilakukan oleh AM bertambah menjadi 45 korban.
"Sampai saat ini jumlahnya masih pengembangan," kata Direktur Reserse Kriminal Umuk Polda Jateng, Kombes Djuhandani Rahardjo Puro, Rabu (7/9/2022).
Dari pengakuan AM, terakhir melakukan perbuatan asusila itu pada bulan Agustus 2022.
Korbannya, mulai dari kelas 7, 8, dan 9.
2. Modus Pelaku
Di sekolah tersebut, AM diketahui menjabat sebagai pembina OSIS.
Jabatan itu justru disalahgunakan oleh pelaku untuk melancarkan perbuatan bejatnya.
"Modus yang dilakukan dengan pemilihan anggota OSIS," ujar Djuhandani.
Pelaku mengaku melakukan aksinya dengan dalih tes kedewasaan dan kejujuran saat pemilihan anggota OSIS.
Baca juga: FAKTA Calon Pendeta Cabuli 6 Gadis Remaja di Alor, Ancam Sebarkan Video hingga Pelaku Minta Maaf
3. Beraksi di Kelas hingga Gudang Mushala
Pelaku melancarkan aksi bejatnya itu di beberapa tempat di lingkungan sekolah.
Yakni ruang OSIS, gudang mushala, dan ruang kelas.
"Tiga tempat tersebut digunakan tersangka untuk melakukan pencabulan dan pemerkosaan kepada para korban," ungkapnya, dilansir Kompas.com.
4. Kondisi Korban
Dikutip dari Tribun Jateng, puluhan siswi yang menjadi korban pelecehan seksual telah menjalani trauma healing.
Trauma healing itu juga diikuti oleh murid lain yang ada di sekolah tersebut.
Kondisi para korban pun semakin membaik.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, trauma healing dilakukan oleh anggota Polres Batang dan Polda Jateng.
Saat mendatangi sekolah, petugas kepolisian tersebut berpenampilan psikolog.
Baca juga: Dua Anak Bawah Umur di Bangka Belitung Jadi Korban Rudapaksa Ayah Tiri dan Kakek Tiri
"Mereka bernampilan psikologi, juga pandai bernyanyi, menari. Hal ini membuat 275 sisa di SMP itu bangkit dan percaya diri," ungkapnya, Rabu.
Kegiatan tersebut memberikan dampak yang positif kepada para siswa.
Khususnya para korban yang berangsur pulih dan kembali menunjukkan kepercayaan diri, setelah dilakukan berbagai macam treatment dengan metode pendekatan ramah anak.
"Saat ini sudah berani tatap muka dan tidak lagi seperti kehilangan harga diri," jelasnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf, TribunJateng.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas)
Simak juga wawancara eksklusif dengan dokter Zubairi Djoerban di bawah ini