TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Papua Lukas Enembe yang menjadi tersangka korupsi kini mengalami sakit.
Selama ini, Lukas Enembe disebut rutin berobat ke luar negeri karena mengalami sakit komplikasi.
Dokter pribadinya pun meminta agar Lukas Enembe tak dicekal.
Gubernur Papua Lukas Enembe ditetapkan menjadi tersangka korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lukas Enembe ditetapkan tersangka gratifikasi senilai Rp 1 miliar terkait proyek di Papua.
KPK kemudian memanggil Lukas Enembe sebagai tersangka di Mako Brimob Kotaraja, Kota Jayapura, pada Senin (12/9/2022).
Namun, Lukas tak bisa hadir karena dalam kondisi sakit.
Kuasa hukum Gubernur Papua Lukas Enembe, Aloysius Renwarin mengatakan bahwa kliennya harus menjalani pengobatan di luar negeri.
"Bahwa masih tetap kami minta untuk Bapak Gubernur dibawa berobat ke luar Papua, di luar negeri," kata Renwarin saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (13/9/2022), seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya.
Padahal, Direktorat Jenderal (Dirjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) melakukan pencekalan terhadap Lukas Enembe.
Lukas Enembe dilarang bepergian ke luar negeri hingga enam bulan mendatang.
Dokter pribadi Gubernur Papua, Anthonius Mote mengatakan bahwa selama ini Lukas Enembe rutin berobat ke Singapura dan Manila.
"Untuk pengobatan selama ini, beliau rutin melaksanakan pelayanan kontrol di rumah sakit Singapura dan Manila, Filipina. Di mana selama ini kami melengkapi administrasi dan lainnya sebagaimana arahan dokter yang menangani, termasuk obat yang diminum sudah cukup rutin terpantau," ujarnya di Jayapura, Rabu (14/9/2022), mengutip Kompas.com.
Lukas Enembe menderita mengalami komplikasi penyakit seperti stroke, diabetes, jantung, hipertensi, dan komplikasi ginjal.
Pencekalan terhadap Lukas Enembe pun dikhawatirkan sang dokter akan berdampak pada kesehatannya.
Anthonius pun berharap pencekalan tersebut dibatalkan sehingga Gubernur Papua bisa menjalani perawatan di luar negeri.
"Kami sangat memohon hak beliau untuk mendapatkan penanganan kesehatan dalam hal ini dapat berobat ke rumah sakit di luar negeri. Karena sangat dikhawatirkan, tekanan yang dialami dapat memperburuk kondisi kesehatannya," katanya.
Saat ini pemeriksaan kesehatan dilakukan dari jarak jauh.
Anthonius akan berkomunikasi dengan dokter di Singapura yang selama ini menangani Lukas.
Anthonius yang akan memeriksa Lukas sesuai petunjuk dokter di Singapura.
Meskipun demikian, menurutnya hal ini tak akan bekerja secara maksimal karena terbatasnya peralatan kesehatan di Papua.
(Tribunnews.com/Salis/Rizki Sandi Saputra, Kompas.com/Dhias Suwandi)