Laporan Wartawan TribunJatim.com, Kukuh Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Laga Arema FC vs Persebaya yang digelar di Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10/2022) malam berlangsung ricuh.
Data hingga Minggu (2/10/2022) siang, sebanyak 129 orang kehilangan nyawa akibat kerusuhan tersebut.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Tewaskan 129 Orang, Berikut 10 Bencana Sepakbola Paling Banyak Merenggut Nyawa
Salah satu korban meninggal adalah pasangan suami istri (pasutri) asal Kota Malang, Muhammad Yulianton (40) dan Devi Ratnasari (30).
Keduanya warga Jalan Bareng Raya 2G RT 14 RW 8 Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Muhammad Yulianton dan Devi Ratnasari saat kejadian memang tengah menonton pertandingan tersebut bersama putranya Muhammad Alfiansyah yang masih berusia 11 tahun.
Salah satu saudara korban, Doni (43) menjelaskan detail kejadian tersebut.
"Jadi di RT 14 ini, ada sebanyak 20 orang warganya menonton langsung pertandingan di stadion. Kami menonton di Tribun 14," ujar Doni saat ditemui TribunJatim.com, Minggu (2/10/2022).
Setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya berakhir, sekitar pukul 22.00 WIB, kondisi di dalam stadion mendadak ricuh.
Pada awalnya, kericuhan terjadi di tengah lapangan.
Baca juga: Partai Golkar Berduka, Airlangga Minta Kader Segera Beri Bantuan Untuk Korban Tragedi Kanjuruhan
Tak lama kemudian, kericuhan itu mengarah ke bagian tribun penonton.
"Saat itu, petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah Tribun 12. Namun karena angin, asap dari gas air mata itu mengarah ke Tribun 14. Asap itu membuat perih mata, dan para penonton yang ada di Tribun 14 langsung berhamburan turun untuk segera keluar stadion," jelasnya.
Doni pun langsung menggendong anaknya dan segera mengikuti para suporter yang lain untuk keluar stadion.
"Setelah itu, saya berhenti sebentar di bagian pintu keluar stadion. Tiba-tiba, Muhammad Alfiansyah ini datang menghampiri saya. Saya langsung tanya, kemana kedua orang tuamu kok enggak ada. Anak itu menjawab, kalau kedua orang tuanya masih di dalam stadion," ujarnya.