TRIBUNNEWS.COM - Ada 17 jenazah korban meninggal akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, belum teridentifikasi.
Tujuh belas jenazah tersebut berada di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur.
Demikian disampaikan Plt Direktur RSSA Malang Kohar, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (2/10/2022).
Menurut dia, penyebab kematian korban rata-rata adanya trauma di bagian kepala dan dada karena benturan yang disebabkan setelah terinjak, terjatuh atau berdesakan.
Baca juga: Pernyataan Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana Terkait Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang
"Insya Allah nanti ketemu dengan keluarga, dan diidentifikasi dengan sesuai agamanya, disholatkan, dimandikan (bagi muslim), dikafani baru disholati," kata Kohar saat diwawancarai pada Minggu (2/10/2022).
Dia juga mengimbau kepada masyarakat yang merasa hilang anggota keluarganya karena setelah melihat pertandingan Arema FC Vs Persebaya kemarin (1/10/2022) bisa melapor atau mendatangi RSSA.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap untuk penanganan korban dapat dimaksimalkan oleh petugas medis di masing-masing rumah sakit.
Pihaknya juga saling melakukan koordinasi di tingkat Forkopimda Provinsi Jawa Timur bersama Bupati Malang dan Wali Kota Malang. Kerja sama antarrumah sakit juga dilakukan.
Dia mengatakan masing-masing rumah sakit yang melakukan penanganan terhadap korban telah menggelar zoom meeting.
"Untuk menentukan rujukan ke mana bagi yang membutuhkan tindakan tertentu, maka tindakan yang mengalami luka berat ke RSSA, juga rujukan ke jenazah belum teridentifikasi, selain itu satunya di RSUD Kanjuruhan," kata Khofifah saat diwawancarai.
Total data yang dia terima, untuk data korban hingga pukul 09.30 WIB tadi berjumlah 129 orang meninggal dunia.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Renggut Ratusan Nyawa, Sepakbola Indonesia Disorot Dunia
"Sinkronisasi data masih terus dilakukan," katanya.
Disampaikannya, untuk penanganan korban di RSSA merupakan tanggungan dari Pemprov Jatim.
Sedangkan penanganan di rumah sakit dan korban berasal dari wilayah Kabupaten Malang merupakan tanggungan dari Pemkab Malang.
"Begitu juga dengan di Kota Malang tanggungan Kota (Pemkot Malang), kita juga memberikan santunan kematian, untuk luka berat juga," katanya.
Sedangkan untuk identifikasi jenazah masih membutuhkan pencocokan data dengan keluarga masing-masing.
Namun, proses pengiriman jenazah ke keluarga diupayakan oleh pihaknya dapat maksimal.
"Dimandikan, disholatkan (bagi beragama Islam), lalu dikirim ke daerah mereka," katanya.
Khofifah berharap insiden yang ada tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Cari anak Salah satu korban yang ditengok yakni wanita bernama Belanis Faidatul (16).
Kondisinya masih tergolek lemah di tempat tidur dengan dibantu alat pernafasan. Ayah korban, Edi Herwanto mengatakan sebelum tragedi terjadi, anaknya berangkat ke Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) sekitar pukul 18.30 WIB.
Kemudian setelah pertandingan, sekitar pukul 24.00 WIB, dirinya belum mendapatkan kabar tentang anaknya.
"Dia berangkat, sama 15 temannya. Itu yang enggak ada (meninggal dunia) temannya satu orang. Posisi anak saya kendaraan sama HP dititipkan ke temannya. Terus teman-temannya sudah pulang, anak saya belum," katanya.
Kemudian sekitar pukul 01.30 WIB dini hari tadi, dirinya mencari anaknya dengan mengelilingi lima rumah sakit di Malang Raya.
"Kemudian dapat info dari suster di Rumah Sakit Wava Husada coba cari ke rumah sakit lainnya, meluncur ke RSSA baru ketemu anak saya," katanya.